BATU – Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur H Budi Sulistyono mengatakan, PDI Perjuangan telah meneguhkan dirinya sebagai partai pelopor.
Sebagai partai pelopor, kader-kader PDI Perjuangan dituntut untuk memiliki disiplin ideologi, teori dan pemikiran, organisasi, serta dalam bertindak juga bergerak.
“Selama pendidikan kader madya kita diwajibkan untuk bisa melatih disiplin diri. Untuk menjadi seorang kader yang hebat, kader yang top,” tegas Budi Sulistyono, saat membuka Pendidikan Kader Madya di Wisma Perjuangan, Oro-Oro Ombo Kota Batu, Rabu (30/11/2022).
Dalam kegiatan yang digelar Badiklatda DPD PDI Perjuangan Jatim ini, politisi yang akrab disapa Kanang tersebut menyatakan, konsistensi kader terhadap disiplin partai menjadi kunci utama guna mewujudkan PDI Perjuangan sebagai partai pelopor.
Termasuk secara khusus terkait dengan pemahaman ideologi kader, karena PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai politik di Indonesia yang mewarisi ideologi, gagasan, dan cita-cita politik Bung Karno.
Menurutnya, sejarah mencatatkan, selama era Orde Baru terjadi sebuah gelombang de-soekarnoisasi yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan massif.
Sebuah upaya yang dilakukan untuk mengerdilkan peran Bung Karno dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia.
“Tahun 65 sampai sampai tahun 98 itu masa-masa sulitnya bangsa Indonesia meneguhkan jati dirinya. Sulitnya mengenal ajaran-ajaran Bung Karno, manusia Indonesia hanya diberikan ajaran-ajaran bersifat materialistis,” paparnya.
Hal ini dibuktikan dengan massifnya eksploitasi kekayaan alam Indonesia, melalui dibukanya kran investasi asing oleh Orde Baru. Alhasil kekayaan alam itu, hanya sedikit yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Gelombang kejenuhan masyarakat akhirnya mencapai puncaknya, pada tahun 1998 rezim Orde Baru dilengserkan, dan Indonesia memasuki era reformasi ditandai dengan Pemilu pada tahun 1999, dimana PDI Perjuangan keluar sebagai pemenang pemilu.
“Ketika Orde Baru pada akhirnya tumbang, apakah kita kembali kepada ajaran Bung Karno? Jawabannya tidak, karena spiritnya adalah mencari yang berbeda dengan Orba, yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan negeri ini,” ungkap Mantan Bupati Ngawi ini.
Pasca Pemilu 1999, PDI Perjuangan harus merelakan diri tergeser dari posisi sebagai pemenang pemilu.
Setelah melalui berbagai proses dan dinamika politik, sebutnya, PDI Perjuangan meneguhkan dirinya sebagai partai pelopor, dengan kader berperan sebagai ujung tombak partai di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dan wawasan kader harus diperkuat agar bisa menjadi sebuah cerminan yang baik bahwa PDI Perjuangan adalah partai yang konsisten berdiri ditengah massa wong cilik.
“Jangan kita merahkan fisiknya saja, bajunya, pakaiannya saja. Tapi kita merah-kan hatinya masyarakat,” imbuhnya.
“Maka pendidikan kader madya ini menjadi penting bagi kita semua. Maka harus diperhatikan secara teliti, secara detail. Yang punya pendidikan kader ini hanyalah PDI Perjuangan, partai lain tidak punya,” tutup Kanang. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS