
TRENGGALEK – Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang mengatakan, budaya berakar dari adab. Maka, pelestarian kebudayaan yang baik akan mendorong peradaban ke depan yang juga baik.
“Ngitung Batih ini adalah sebagian kecil dari keluhuran budaya nenek moyang kita,” kata Nur Arifin saat menghadiri acara budaya Ngitung Batih di Kecamatan Dongko, Kamis (20/8/2020) malam.
Selain Ngitung Batih, ada beberapa rangkaian kebudayaan lain yang dikenal oleh masyarakat Dongko. Seperti adat budaya Mason, bersih sumber air dan baritan. Sebagian dari kegiatan adat ini berkaitan dengan pertanian di Dongko.
“Jadi kalau sudah dibersihkan, panennya bagus, syukuran, baritan, setelah panen disedekahkan, kemudian mencari saudaranya atau Ngitung Batih,” terang Mas Ipin, sapaan akrabnya.
Warga Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek menggelar acara budaya Ngitung Batih di awal Bulan Suro kalender Jawa yang jatuh pada Kamis (20/8/2020) malam.
Ngitung Batih, adalah acara adat turun temurun yang isinya menghitung jumlah saudara yang diberi kenikmatan sehat untuk merayakan Tahun Baru Islam.

Selain mensyukuri nikmat, acara ini sekaligus bermakna peningkatan jalinan komunikasi dan silaturahmi antar-masyarakat dan saudara di Kecamatan Dongko.
Melihat makna di balik kegiatan tersebut, bupati yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Trenggalek ini minta agar masyarakat terus merawat kegiatan budaya. Terutama kegiatan yang mengandung banyak nilai positif.
Apalagi, Ngitung Batih punya makna merawat silaturahmi dan bersedekah antar saudara dan tetangga.
Menurutnya, Kecamatan Dongko punya potensi pengembangan ekonomi sebagai poros tengah.
“Ke depan diharapkan akan ada tiga pusat perkembangan ekonomi, yaitu di utara ada pusat kota Trenggalek, di sisi selatan ada Watulimo dan Panggul, kemudian di tengah ada jantung kebudayaan yaitu Dongko,” urainya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS