
SURABAYA – Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono minta proyek Jembatan Joyoboyo dikebut pengerjaannya. Sebab, Komisi C menilai pekerjaan proyek yang ditargetkan selesai Desember 2020 itu, sampai kemarin masih berjalan sekitar 30 persen.
“Kami rekomendasikan agar proyek tersebut dikebut pengerjaannya. Kalau perlu dikerjakankan 24 jam. Karena pekerjaan proyek tersebut saya rasa tidak ada imbasnya terhadap lingkungan maupun dampak pada lalulintas yang ditimbulkan,” kata Baktiono, Kamis (6/8/2020).
Kemarin, komisi bidang pembangunan ini meninjau langsung pelaksanaan pekerjaan proyek Jembatan Joyoboyo. Pasalnya, secara fisik serapan yang dilaporkan pelaksana proyek realisasinya mencapai 53,38 persen.
Laporan realisasi itu, menurut Baktiono, tidak sama dengan fakta fisik di lapangan setelah Komisi C melakukan meninjauan langsung proyek tersebut.

“Dalam laporan realisasi yang disampaikan telah mencapai 53,83 persen. Namun ketika kita tinjau langsung baru terealisasi fisik sekitar 30 persen saja,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya minta agar Dinas PU tidak memberikan adendum. Dikhawatirkan, terang Baktiono, proyek ini akan dikerjakan asal-asalan oleh pelaksana proyek, sebab bisa dilanjutkan pada periode tahun berikutnya.
Wakil rakyat yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya ini menyebutkan, jika proyek senilai Rp 39 miliar lebih itu dilakukan sesuai target atau lebih cepat tuntas, manfaatnya bisa segera dirasakan masyarakat dan Pemkot juga diapreasiasi baik.
“Jika cepat selesai, kan bisa segera dimanfaatkan untuk masyarakat. Pemkot juga dinilai bagus oleh masyarakat,” ujar dia.

Baktiono menambahkan, detail design engineering yang ada sama sekali tidak menampilkan Suroboyo-nya. Padahal saat hearing di Komisi C yang melibatkan Dewan Kesenian Suroboyo (DKS), diusulkan agar pembangunan Jembatan Joyoboyo perlu menonjolkan kekhasan Suroboyo-nya.
“Seperti Bung Karno membangun Tugu Pahlawan dan Monas, desain yang ditampilkan menonjokan ciri khasnya. Kalau ke Tugu Pahawan yang pasti adanya di Surabaya, begitu juga dengan Monas. Masyarakat sudah paham itu,” urai dia.
“Jadi punya ciri khas, kalau jembatan itu adanya hanya di Surabaya, bukan di daerah lain,” pungkasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS