BANYUWANGI – Kebutuhan beras di Banyuwangi dipastikan aman hingga 17 bulan ke depan. Kepastian itu disampaikan Bupati Abdullah Azwar Anas setelah melihat stok beras di dua gudang Bulog, yang saat ini jumlahnya 30 ribu ton.
“Stok pangan kita cukup. Di dua gudang Bulog, beras yang ada saat ini jumlahnya 30 ribu ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sampai 17 bulan ke depan,” kata Azwar Anas, Senin (20/2/2017).
Dia bersyukur, karena setiap tahun surplus beras hingga ratusan ribu ton, sehingga bisa dijual ke daerah lain. Apalagi, ungkapnya, sekarang sebagian sudah produksi beras dengan kualitas sangat bagus dan ada juga beras organik.
Anas menyebutkan, ketersediaan bahan pangan yang cukup akan menjaga stabilitas harga pangan. Kondisi itu dinilainya juga berpengaruh pada terjaganya inflasi daerah.
Meski saat ini jumlah stok pangan mencukupi, jelas Anas, perlu dilakukan langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas harga pangan. Untuk itu, pihaknya bersama Bulog tengah menyiapkan instrumen untuk menjaga stabilitas harga pangan.
“Salah satu caranya dengan mendirikan rumah pangan kita (RPK) melalui badan usaha milik desa (bumdes),” terang bupati dari PDI Perjuangan ini.
Saat ini sudah ada 14 bumdes di Banyuwangi yang menjalin sinergi dengan Bulog untuk penyediaan bahan pokok. Warga desa bisa mendapatkan sejumlah komoditas yang dipasok Bulog dengan harga lebih murah, seperti minyak goreng, gula, dan tepung terigu.
Keuntungan dari sinergi ini, sebut Anas, sangat banyak. Seperti, bumdes mendapatkan sumber penghasilan, juga memutus mata rantai jalur distribusi bahan pokok karena langsung dari Bulog.
Dengan demikian, masyarakat konsumen bisa mendapatkan harga murah dan ketersediaan bahan pokok di masyarakat juga terjaga. “Dengan begitu ke depannya akan tercipta stabilisasi harga,” ujarnya.
Selain menjaga stabilitas harga, Anas juga berharap Bulog bisa menyerap beras petani dengan maksimal. Agar banyak petani yang mau menjual berasnya ke Bulog dan tidak lagi terjerat oleh tengkulak.
Sementara itu, Kepala Bulog Banyuwangi N. Gunadharma mengatakan, pada tahun 2017 pihaknya menargetkan bisa menyerap gabah petani Banyuwangi sebanyak 60 ribu ton setara beras (STB).
Bulog membeli gabah kering panen (GKP) dari petani seharga Rp4.000 per kilogram, lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp3.700 per KG.
“Terget 60 ribu ton ini merupakan sebagian kecil dari surplus produksi beras Banyuwangi. Tapi kami optimis bisa melampaui target ini karena pada tahun lalu dari target penyerapan 55 ribu ton bisa terserap 60 ribu ton,” ujarnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS