MALANG – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengenang sosok mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah almarhum Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif sebagai tokoh Islam yang sederhana, moderat, dan selalu menggaungkan semangat kebhinekaan di Indonesia.
Ketua DPP PDI Perjuangan ini memandang Buya Syafii dalam karyanya selama hidup layak dianggap sebagai salah satu guru bangsa.
“Karena peran-peran besar yang beliau dedikasikan kepada bangsa Indonesia. Saya pernah bertemu beliau, bertukar pikiran, dan mendapatkan kesempatan menimba ilmu Islam dan kebangsaan dari almarhum,” kata Basarah dalam keterangannya, Sabtu (28/5/2022).
Diberitakan, Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada hari Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Kabar meninggalnya Buya Syafii kemarin disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Baca juga: Buya Syafii Maarif Berpulang, Megawati dan Keluarga Besar PDI Perjuangan Sangat Berduka
Sosok Buya Syafii, lanjut Basarah, dikenal sebagai sosok yang selalu berfokus kepada kepentingan bangsa Indonesia. Untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat, dan terus bersatu di tengah keberagaman yang ada.
Kepemimpinan Buya Syafii di PP Muhammadiyah, membawa salah satu ormas Islam besar yang mengedepankan moderasi beragama di Indonesia. Basarah mengungkapkan, tokoh nasional dengan pemikiran kebangsaan dan kenegaran dengan wawasan Pancasila seperti Buya Syafii akan sangat dirindukan.
“Bangsa Indonesia sebenarnya masih butuh sosok-sosok guru bangsa yang bisa menjadi tempat belajar sekaligus mengingatkan bangsa ini jika dirasa ada yang melenceng dari cita-cita pendiri bangsa. Tugas generasi sekarang adalah bagaimana melanjutkan cita-cita almarhum agar bangsa ini bisa menjadi bangsa mandiri dan maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tuturnya.
Menurutnya, tidak hanya bangsa Indonesia yang kehilangan sosok Ketua Umum ke-13 PP Muhammadiyah periode 1998 hingga 2005 ini. Namun, dunia internasional juga merasakan kehilangan sosok pejuang moderasi tersebut.
Karya Buya Syafii di kancah internasional, sebut Basarah, diakui kapasitasnya dalam kepemimpinannya di Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Buya Syafii juga dikenal sebagai sosok yang santun dan sederhana itu dikenal tidak pernah lelah menyatukan visi esoterisme Islam di kalangan para pemuka agama.
“Dunia Islam kehilangan beliau sama dengan saat bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI serta mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid, Nurcholis Madjid, Taufiq Kiemas, atau tokoh besar lainnya. Jejak mereka semua bisa dilihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” beber Basarah.
Dia menambahkan, tokoh seperti Buya Syafii akan sangat sulit ditemukan bangsa Indonesia, sebagai sosok orang yang bisa menyatukan agama dengan nasionalisme dalam konteks pemikiran dan tindakan.
“Tokoh ideal ini tidak mempertentangkan antara agama dan Pancasila atau sebaliknya Pancasila dan agama. Nah, Buya Syafii di mata saya adalah tokoh yang bisa melakukan peran itu,” sebutnya.
Buya Syafii dalam hidupnya secara gamblang menegaskan bahwa Pancasila telah menjadi bagian inheren dari bangsa dan menjadi perekat bangsa. Bahkan, mengganti Pancasila sama artinya dengan melumpuhkan sendi bangsa.
Maka, pesan dari Buya Syafii agar Pancasila jangan lagi dikhianati oleh siapa pun sehingga menjadi lumpuh dalam mengawal kemerdekaan bangsa harus benar-benar dijalankan oleh para kader-kader generasi penerus bangsa.
“Jangan dibiarkan lagi tahun-tahun kemerdekaan ini berlalu dengan sia-sia. Indonesia terlalu mulia untuk dijadikan ajang pertarungan politik tuna adab dengan membenamkan Pancasila ke bawah debu sejarah! Itu yang pernah beliau katakan dan ini bisa jadi wasiat yang diamanatkan kepada seluruh anak bangsa, termasuk saya,” pungkas Ahmad Basarah. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS