SURABAYA – Tari Remo, tarian khas Jawa Timur, menjadi pembuka yang memukau pada acara penyerahan surat keputusan (SK) rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk tujuh pasangan bakal calon kepala daerah-bakal calon wakil kepala daerah di Jawa Timur.
Di balik kemeriahan penampilan tari remo yang dibawakan 6 penari dari Sanggar Ludruk Arboyo tersebut, terdapat kisah mengharukan seputar keterikatan jiwa antara sanggar tersebut dengan PDI Perjuangan Jatim.
Acara yang digelar di aula Megawati kantor DPD PDI Perjuangan Jatim itu disambut hangat para tamu undangan. Gerak rampak para penari dari siswi berbagai SMK di Surabaya itu mencuri perhatian dan menghadirkan suasana yang meriah dan penuh semangat.
Adalah Sahira, salah seorang penari Remo, mengungkapkan kebahagiaannya karena memiliki cerita dekat dengan PDI Perjuangan.
(Baca juga: Said Abdullah: Rekom 7 Pasang Cakada dan Wakada di Jatim Insya Allah Calon Terbaik)
“Hari ini kami menampilkan Tari Remo sebagai pembuka acara DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Kami sangat bahagia karena kami memiliki cerita yang cukup dekat dengan PDI Perjuangan,” tutur Sahira, Selasa (30/07/2024).
Sahira mengenang masa-masa sulit pada tahun 2020 saat awal pandemi Covid-19. Tempat latihan mereka ditutup dan mereka tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasa.

Namun, di saat yang sulit tersebut, DPD PDI Perjuangan membuka pintu lebar-lebar bagi mereka. Sanggar Ludruk Arboyo diterima dan difasilitasi untuk berlatih di gedung partai yang lebih sering disebut sebagai rumah rakyat.
“Teringat tahun 2020 saat awal Covid lalu, tempat latihan kami ditutup, kami tidak bisa beraktivitas lagi. Tetapi saat itu, DPD PDI Perjuangan membuka pintu lebar bagi kami, kami dari Sanggar Ludruk Arboyo diterima dan difasilitasi untuk berlatih di gedung partai yang lebih sering mereka sebut rumah rakyat,” kenangnya.
Bagi anggota Sanggar Ludruk Arboyo, gedung partai tersebut bukan sekadar rumah rakyat, tetapi juga menjadi sanggar kebudayaan.
Di sana, mereka berlatih berbagai kesenian, mulai dari ludruk, tari, kudung, hingga karawitan. Gedung tersebut menjadi tempat yang penuh kenangan dan harapan bagi mereka.
“Tempat ini bukan sekedar rumah rakyat, tetapi sanggar kebudayaan. Karena di sini kami berlatih beragam kesenian, mulai dari ludruk, tari, kudung, hingga karawitan,” jelasnya.
Jumlah anggota Sanggar Ludruk Arboyo kini telah mencapai sekitar 50 orang, dengan berbagai usia, mulai dari anak-anak berusia lima tahun hingga mereka yang sudah berkuliah.
Sanggar tersebut menjadi wadah bagi mereka untuk melestarikan budaya dan seni tradisional Jawa Timur, sekaligus memberikan mereka ruang untuk berekspresi dan berkembang.
“Saat itu hingga sekarang, dukungan dari DPD PDI Perjuangan sangat berarti bagi kami. Kami merasa dihargai dan didukung dalam upaya melestarikan budaya. Ini adalah bentuk nyata dari kepedulian mereka terhadap seni dan budaya lokal,” sebutnya. (yols/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS