SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan, Sekolah Kebangsaan bukan untuk anak nakal atau yang terjaring razia. Tapi juga untuk pelajar SMP, SMA bahkan pejabat di Pemkot Surabaya.
“Anak saya juga bakal masuk Sekolah Kebangsaan di Lanudal Juanda. Saat ini kan sudah SMA juga, ya dimasukkan. Semua akan mendapatkan Sekolah Kebangsaan,” kata Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, setiap anak harus memiliki ideologi Pancasila, sehingga kalau sudah cinta bangsanya, maka mereka akan mengerti Pancasila.
“Kalau sudah mengerti Pancasila, maka akan mengerti guyub rukun, dan gotong royong, serta tolong menolong,” kata Cak Eri panggilan akrab politisi PDI Perjuangan tersebut.
Untuk itu, dia minta setiap sekolah di Surabaya baik itu SMP maupun SMA untuk mengikuti Sekolah Kebangsaan.
Bahkan, lanjut dia, kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya pun juga diikutkan dalam Sekolah Kebangsaan selama 10 hari.
“Jadi bukan hanya karena ada yang berkelahi, kemudian masuk Sekolah Kebangsaan, tidak,” tegasnya.
Dia mengimbau kepada seluruh orang tua siswa SMP-SMA untuk tidak perlu khawatir, ketika anaknya ikut Sekolah Kebangsaan. Menurut dia, sebagai orang tua harusnya bangga ketika anaknya ikut ke dalam Sekolah Kebangsaan.
Setelah lulus dengan bagus, Cak Eri akan menyematkan pin kepada para siswa SMP-SMA yang ikut Sekolah Kebangsaan. Setelah itu, siswa tersebut akan dijadikan Duta Pemerintah Kota Surabaya.
“Semakin banyak duta itu, ke depannya Surabaya akan memiliki orang-orang yang menjadi pengajar dan penyebar ajaran Pancasila di masing-masing wilayahnya,” terang dia.
Sekali lagi, Cak Eri mengingatkan, kepada para orang tua siswa SMP-SMA se-Surabaya, untuk tidak perlu khawatir anaknya ikut Sekolah Kebangsaan. Adanya Sekolah Kebangsaan, secara tidak langsung akan tertanam rasa tolong menolong, gotong royong, dan toleransi sesuai dengan ideologi Pancasila.
“Di dalam Sekolah Kebangsaan mereka diajarkan disiplin, dan ada pembelajaran sesuai dengan ajaran nilai-nilai agama. Jadi jangan salah menilai anak, karena bisa jadi anak pendiam bisa saja berbuat nakal tanpa diketahui,” ujar dia.
Sebelumnya sejumlah peserta Sekolah Kebangsaan dikabarkan mundur karena kecewa dengan adanya pemberitaan yang menyebut peserta yang ikut merupakan hasil razia Satpol PP. (nia/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS