TULUNGAGUNG – Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Kusnadi menghadiri peringatan Sraddha Agung Bhineka Tunggal Ika 2022 di Kabupaten Tulungagung, Senin (26/12/2022).
Peringatan Sraddha Agung merupakan rangkaian festival kebudayaan dalam rangka napak tilas jejak-jejak perjuangan dan warisan Sri Gayatri Rajapatni sebagai tokoh yang dipersonifikasikan dengan visi penyatuan Nusantara dan ajaran bhinneka tunggal ika.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Konsorsium Bhinneka Tunggal Ika yang terdiri dari unsur Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Tulungagung, Pondok Pesantren Albadru Alaina, dan Institute for Javanese Islam Studies (IJIR) UIN SATU Tulungagung.
Kegiatan peringatan Sraddha Agung Bhineka Tunggal Ika 2022, didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan melibatkan semua elemen lintas tradisi, lintas agama, dan berbagai aliansi masyarakat sipil setempat.
Dalam kesempatan itu, Kusnadi memberikan apresiasi kepada Pemkab Tulungagung beserta panitia, yang telah menyelenggarakan acara mengingat nilai sejarah serta melestarikan kebudayaan.
Menurut Kusnadi, bangsa yang hebat adalah bangsa yang selalu mengingat nilai-nilai sejarah serta melestarikan kebudayaan warisan leluhur.
Bahkan dalam Tri Sakti ajaran Bung Karno, sebut Kusnadi, salah satunya adalah berkepribadian di bidang kebudayaan yang harus terus didengungkan dan diamalkan.
“Mengingat sejarah dan melestarikan budaya, itu penting,” kata Kusnadi.
Sekedar informasi, Sraddha Agung sendiri merupakan merupakan upacara dan ritual suci dalam rangka memperingati dua belas tahun kematian Sri Gayatri Rajapatni.
Dalam catatan sejarah, Sri Gayatri Rajapatni adalah putri Raja terakhir Singhasari, yaitu Kartanegara dan permaisuri Sri Narpati Kartarajasa Jayawarddhana atau Dyah Wijaya.
Pada 1216 Saka (1294 M), bersama Dyah Wijaya, Sri Gayatri Rajapatni ikut serta mendirikan
kerajaan Majapahit dalam upaya meneruskan cita-cita Singhasari dalam menyatukan
Nusantara.
Sejarah mencatat, Sri Gayatri Rajapatni memang figur sentral yang mampu mangabadikan visi Cakrawala Mandala Nusantara (ajaran penyatuan) dan ajaran bhinneka tunggal ika.
Prasasti Genen II tahun 1251 Saka (1329) dan Prasasti Prancasarapura (t.t.), memberikan
informasi bagaimana Gayatri Rajapatni adalah pelindung dan pembimbing dua raja besar
Majapahit. Yakni Tribhuwanatunggadewi dan Dyah Hayam Wuruk dalam mewujudkan cita-cita penyatuan Nusantara.
Inilah alasan mengapa kematiannya pada Saka Dreisaptaruna, 1272 (1350 M), menjadikan seluruh negeri menangis karena kehilangan figur sentral.
Pada Bhadrawada (Agustus-September) tahun Diwasamasirahwarnna, yakni 1284 Saka (1362
M), Hayam Wuruk menggelar upacara Sraddha Agung untuk mengenang jasa-jasa Gayatri
Rajapatni.
Bersamaan dengan itu, didirikan candi pendarmaan untuk Gayatri Rajapatni di Kamal Pandhak dan Boyolangu, Tulungagung.
Hingga saat ini masyarakat Tulungagung masih sangat menghormati sosok Sri Gayatri Rajapatni, dan menganggapnya sebagai tokoh yang dipersonifikasikan dengan visi penyatuan Nusantara dan bhinneka tunggal ika.
Penghormatan itu salah satunya dilakukan dengan melakukan peringatan atas jasa-jasa besar Gayatri melalui kegiatan napak tilas Sradda Agung. (sin/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS