PONOROGO – Tas anyaman plastik yang dulu biasanya kerap dipakai ibu-ibu ke pasar, kini telah upgrade bak fashion modis yang mengikuti zaman. Bukan tanpa alasan, desainnya yang makin cantik nan kece, membuat tas anyaman plastik ini semakin nge-tren bisa digunakan di acara apapun.
Dari kalangan pejabat pun, seperti Wakil Bupati Ponorogo Lisdyarita, selalu menenteng tas tersebut di acara-acara pentingnya. Ya, tas milik orang nomor dua di Ponorogo itu buatan tangan Sulamti, warga asal Desa Campursari, Kecamatan Sambit, Ponorogo.
Kelihaian Sulamti menganyam tas plastik ini sudah digelutinya sejak 16 tahun lalu, setelah ia menikah dan baru memiliki anak. Ia Sulamti mengaku, awal mula ia merintis usahanya ketika temannya membutuhkan jasa orang lain untuk membuat tas dan dari situlah ia mulai belajar.
Selain itu, ilmu turun-temurun dari keluarganya yang membuat anyaman dari bambu, membuatnya tak kesulitan hingga akhirnya mampu memproduksi tasnya sendiri.
“Dulu setelah menikah terus punya anak kan menganggur. Terus ada temen yang bisa bikin tas, katanya kok butuh banyak, dari situ saya minat belajar. Soalnya dari keturunan saya juga menganyam tapi dari bambu. Jadi kalau belajar bikin tas sudah tidak terlalu kesulitan,” beber Sulamti, Rabu (20/4/2022).
Berbahan rotan plastik, kaca, emboss, dan plastik jali-jali ia dapatkan dari Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Dari bahan plastik jali-jali-lah yang paling mahal dan paling booming diminati masyarakat.
Sulamti menceritakan, pembeli tasnya berasal dari berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bekasi, Tangerang, Jakarta, Padang, Makassar, Tarakan, Manado, hingga NTT. Pemasarannya pun melalui media sosial (Instagram, Facebook, WhatsApp) dan ada juga yang diambil sendiri di rumah Sulamti.
Sulamti juga menjelaskan, dirinya tidak menjual tasnya di marketplace/e-commerce lantaran ia sudah kewalahan meski sudah dibantu sekitar 40 karyawan. Tempat produksinya pun selain dilakukan di rumahnya di Desa Campursari Kecamatan Sambit, juga diproduksi di rumah karyawannya.
“Melayani pedagang sudah kewalahan, apalagi pengrajin juga berkurang jadi disesuaikan kemampuan saja,” imbuhnya.
Dalam sebulan, Sulamti mampu memproduksi 1000 hingga 1500 tas anyaman plastik. Harganya pun dibandrol mulai dari Rp 9 ribu sampai Rp 150 ribu tergantung kualitas bahannya.
“Yang paling mahal tas anyaman jali-jali premium yang 2 garis lengkap dengan resleting, puring dan dikasih nama,” lanjutnya.
Tas anyaman plastik khas Sulamti ini bervariasi desainnya. Ada yang polos, bentuk kotak-kotak, bunga, bahkan ada juga yang dihias nama pelanggan.
Tak tanggung-tanggung, Sulamti mampu meraup omset sekitar 50 hingga 75 juta rupiah per bulannya. Bahkan saat menjelang lebaran tahun kemarin omsetnya menembus ratusan juta rupiah.
Sempat diakuinya, meski Ramadan tahun lalu usahanya meningkat drastis, namun di bulan Ramadan kali ini tidak ada peningkatan ketimbang tahun sebelumnya. Tak dapat dipungkiri, ia pun juga harus bersaing dengan maraknya pelaku UMKM tas anyaman plastik lainnya.
“Ramadhan tahun ini sama saja mbak seperti hari biasa. Soalnya sudah saking banyaknya orang yang jualan online. Kalau tahun kemarin omset per bulan bisa 115 juta,” ucap ibu 2 anak itu.
Dikonfirmasi soal Wabup Lisdyarita yang sering memakai tas anyaman plastik apakah beli dari dirinya, Sulamti membenarkan hal tersebut. “Alhamdulillah beliau sering beli, mbak. Kalau pas pingin biasanya pesan ke ajudannya terus ngomong ke saya,” pungkas Sulamti. (jrs/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS