SURABAYA – Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, memberikan dukungan atas keseriusan Presiden Jokowi dalam perspektif ekonomi hijau untuk mengurangi emisi karbon.
“Kami mendukung sepenuhnya, apalagi kita kaya dengan nikel, tetapi jangan sampai konsepsi pembangunan kita kemudian makin tergantung lagi. Maka ketika Pak Jokowi mendorong mobil listrik, ini juga harus mendorong kemampuan anak bangsa,” jelas Hasto usai memberikan kuliah umum di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (25/2/2022).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan keseriusan Indonesia masuk ke energi baru terbarukan, termasuk menuju kendaraan listrik. Ia meyakini, Indonesia bisa merajai dan menjadi produsen kendaraan listrik.
Bahkan, pada 2025 nanti Presiden menargetkan sebanyak 2 juta kendaraan listrik bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia dan selanjutnya akan menuju pasar-pasar ekspor. Konsepsi ekonomi hijau sendiri bukanlah sebuah gagasan baru lantaran para pendiri bangsa sudah sejak awal merintis ini.
“Djoeanda (Raden Djoeanda Kartawidjaja, red), ketika dipercaya oleh Bung Karno menjadi Perdana Menteri, ia memilih membangun waduk-waduk pembangkit listrik tenaga air seperti Jatiluhur. Mengintegrasikan hutan-hutan tidak boleh diberikan kepada swasta dan asing, karena kesadaran dari Soekarno bahwa Indonesia yang berfungsi sebagai paru-paru dunia bersama Brasil dan Kongo,” kata Hasto.
Ekonomi hijau juga tidak bisa lepas dari tata ruang, sehingga ada koridor strategis, bahwa Kalimantan menjadi Ibu Kota Negara dan sebagai kekuatan angkatan udara Indonesia. Kemudian, Indonesia Timur sebagai suatu pusat dari kekuatan maritim Indonesia.
Lalu Sumatera sebagai pusat perkebunan, Jawa-Bali sebagai pusat riset dan lumbung pangan, Bandung sebagai pusat pertahanan militer darat, dan Sulawesi juga sebagai lumbung pangan.
“Jangan menggunakan lahan subur untuk kebutuhan industri. Itu politik tata ruang. Itu ekonomi hijau di dalam kebijakan tata ruang,” jelas Hasto.
Konsep tersebut, imbuh Hasto, kemudian diadopsi oleh Jokowi, yakni Indonesiasentris.
“Yang terpenting bukanlah mendorong kemajuan berdasarkan eksploitasi alam, tetapi bagaimana menggunakan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengolah apa yang kita punya,” ujar Hasto.
Maka dari itu, ia mengajak semua elemen bangsa untuk terus menggelorakan semangat berdikari agar mampu menciptakan peluang untuk kemajuan.
“Jika kita mampu berdiri diatas kaki sendiri, Indonesia Emas 2045 menjadikan suatu langkah harapan. Bagaimana kita mengejar ketertinggalan kita,” kata Hasto.
Sebelumnya, Hasto menyayangkan jika ada peneliti atau ahli menyampaikan konsep ekonomi hijau yang berkiblat pada dunia Barat dan lupa menggali seluruh konsepsi dari bangsa sendiri yang berada di wilayah laut. Padahal seharusnya semua berdasarkan Pancasila serta memahami kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
“Pancasila-lah dengan spirit kelahirannya pada tanggal 1 Juni (1945) dengan prinsip gotong royong musyawarah mufakat, menghasilkan suatu konsep tentang ekonomi kerakyatan yang egaliter. Tentang nilai-nilai yang inklusif sebagai suatu bentuk transformasi ekonomi hijau,” tandasnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS