SURABAYA – Nyai Hj. Aisyah As’adiyah atau yang biasa disapa Ning Dyah bertemu dengan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Dr. Sri Untari Bisowarno di kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Kamis (20/1/2022) siang.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda Sumber Nangka, Desa Duko Timur, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan yang sebelumnya telah menyatakan diri hijrah ke Partai berlambang banteng moncong putih itu mengatakan, maksud kedatangannya adalah untuk bersilaturahmi sekaligus menyampaikan beberapa hal penting lainnya.
“Lalu yang paling utama adalah kami mendapat hadiah informasi bahwa Mbak Puan Maharani berkenan hadir di Pamekasan dan itu yang saya komunikasikan dengan Ibu Untari, karena PR di Pamekasan ini berat sekali, di mana di kabupaten kami belum ada Ranting; masih mentok di Pimpinan Anak Cabang (PAC). Saya tidak mau nanti kehadiran Mbak Puan ke Pamekasan mengecewakan beliau,” katanya usai pertemuan.
Dalam pertemuan tersebut, Ning Diyah juga menceritakan kepada Untari bahwa sebenarnya secara komunikasi dan ikatan emosional keluarga besarnya dekat dengan tokoh-tokoh di PDI Perjuangan. Di mana sang kakek, KH. As’ad Syamsul Arifin memiliki hubungan erat dengan Bung Karno ketika keduanya masih sama-sama dalam perjuangan.
“Ibu saya (Ny. Hj. Makkiah As’ad, red) bersahabat dengan Ibu Megawati dan saya sangat berharap ketika saya sudah bergabung di PDI Perjuangan bisa merajut persahabatan kembali dengan Mbak Puan Maharani,” sambungnya.
Ia mengaku, secara pribadi sebenarnya sudah tertarik untuk bergabung di PDI Perjuangan sejak 2017 lalu, kemudian ia memutuskan untuk bergabung menjadi Tim Sukses Gus Ipul–Puti (Pilgub 2018), Eri-Armuji (Pilkada Surabaya 2020), Fauzi-Nyai Eva (Pilkada Sumenep 2020), Karna Suswandi-Hj Khoirani (Pilkada Situbondo 2020), hingga akhirnya memutuskan menjadi kader banteng pada 3 Januari 2022 lalu.
Ning Diyah menyadari, keputusannya untuk bergabung di PDI Perjuangan ini menimbulkan konsekuensi dan kontroversi. Namun hal itu dijadikannya sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi. Ia juga memiliki misi untuk menghapus stigma negatif PDI Perjuangan yang berkembang di masyarakat saat ini.
Setelah bergabung selama kurang lebih dua minggu, ia mengaku bahwa PDI Perjuangan adalah partai yang pas dengan visi misinya. Menurutnya, PDI Perjuangan merupakan partai untuk semua kalangan.
“Menurut saya PDI Perjuangan justru partai yang benar-benar religius bukan hanya nasionalis. Partai yang tidak pernah tinggal diam, yang selalu memerintahkan kadernya untuk turun ke masyarakat,” ujarnya.
“Saya masuk ke politik ini juga bukan hanya ajang eksistensi atau keren-kerenan, bukan. Bukan karena jabatan, tapi saya ingin memberikan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa kalau tidak ada orang yang melakukan kebaikan di sebuah partai politik maka bagaimana kocar kacirnya sistem kenegaraan kita,” sambungnya.
Tantangan ke depan, lanjut Ning Diyah, adalah memenangkan PDI Perjuangan di Pamekasan pada Pemilu serentak 2024 mendatang. “Dan di bulan 4 ini Pamekasan sudah melaksanakan Pilkades serentak. Jadi, saya mau sebelum ini digelar, atmosfer dan magnetnya PDI Perjuangan sudah membara di masyarakat,” tandasnya.
Untuk itu, ia mengatakan akan merajut ikatan emosional yang memang sudah biasa dilakukannya dengan semua kalangan melalui safari dakwah ataupun silaturahmi.
“Kalau memang di PDI Perjuangan ini dinilai komunitasnya bukan alim ulama, saya ajak bersama-sama semua alim ulama, masyayikh dengan terbuka. Saya mengajak beliau-beliau dengan hormat untuk bergabung dengan PDI Perjuangan yang luar biasa ini,” katanya.
Dari pertemuan tersebut, Ning Diyah mengaku mendapat pesan dari Untari agar dirinya membantu atau bersama-sama dengan PDI Perjuangan bukan hanya di Pamekasan, tapi juga di Jawa Timur, terlebih di Indonesia. “Dan saya nyatakan siap,” sambungnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS