TRENGGALEK – Pemkab Trenggalek tak hanya punya program Suara Perempuan dan Kelompok Rentan (Super Keren), yang di ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2021 meraih penghargaan inovasi publik terbaik .
Dipimpin Bupati Mochamad Nur Arifin, Trenggalek punya banyak inovasi layanan masyarakat. Sederet gagasan layanan yang manfaatnya besar bagi warga Trenggalek ini dia beber saat menjadi narasumber simposium pelayanan publik oleh Pemprov Jatim di Grand City Mall, Surabaya, Kamis (18/11/2021).
Salah satunya, adalah festival gagasan, yakni festival untuk mewadahi kelompok muda yang suka mengkritisi pemerintah.
Lewat inovasi festival gagasan ini, mereka diminta untuk ikut memberikan sumbangsih gagasan. “Dengan begitu perencanaan pembangunan di Trenggalek lebih aspiratif,” ungkap Arifin, kepada media ini, Senin (22/11/2021).
Gagasan lain yang dilakukan Bupati Arifin adalah mengeliminir praktik renternir melalui inovasi Kredit Gangsar (Pedagang Pasar) dengan bunga 0 %. Praktik rentenir, kata Arifin, bukannya memperkuat, justru banyak pedagang yang terjerat praktik ini karena bunganya mencekik.
Dalam hal permodalan, pihaknya menggandeng bank daerah, dalam hal ini BPR Jwalita, BUMD Pemkab Trenggalek. Sistem yang diterapkan adalah tanggung renteng, sehingga antar pedagang bisa saling mengingatkan.

Dengan Kredit Gangsar, banyak pedagang mengakses program ini. Bahkan dari kredit yang awalnya sedikit, hingga punya agunan untuk pinjaman modal yang lebih besar.
“Menariknya tidak ada yang nunggak angsuran,” papar bupati yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Trenggalek ini.
Soal keberadaan minimarket berjejaring, Arifin membuat inovasi regulasi, minimarket berjejaring ini tidak boleh dimiliki perorangan. Namun harus berdiri di atas koperasi sehingga yang menikmati keuntungannya banyak orang.
Terkait kemiskinan, dia melahirkan sebuah program yang cukup mentereng yang diberi nama Gertak (Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan). Dengan adanya program ini kemiskinan di Trenggalek mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Dalam simposium pelayanan publik kemarin, Arifin mengatakan jika kemampuan keuangan daerah itu besar tentu tidak ada masalah untuk menciptakan inovasi pelayanan publik. Sementara di Trenggalek kemampuan keuangan terbatas.
“Karena kemampuan anggaran minim tentunya masalahnya banyak, terus kritikan netizen dan masalah yang lainnya. Semua ini dijawab dengan lahirnya inovasi,” ujarnya.

Di awal-awal menjabat sebagai bupati, ungkap Arifin, dia menginginkan kinerja aparatur sipil negara (ASN) berdasarkan survey kepuasan masyarakat. Sehingga kinerja ASN sesuai harapan masyarakat.
“Setiap ASN kredit poinnya kepuasan masyarakat. Yang menilai langsung masyarakat. Bila kreditnya 80 persen, maka TPP yang kita berikan 100 persen,” papar Arifin.
“Bupati adalah jabatan politis yang dipilih oleh masyarakat yang memiliki jangka waktu. Dipilih rakyat, tentunya tugas saya memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat itu. Sedangkan ASN merupakan jabatan birokratis yang jangka waktunya sampai mereka pensiun. Maka dari itu saya ingin iklim birokrasi ini bisa menyatu dengan iklim politis dalam menjawab tantangan masyarakat,” imbuhnya.
Untuk bisa melayani dengan optimal, sebut Arifin, tentu cukup sulit. Oleh karena itu dia minta jajaran di bawahnya untuk memanfaatkan teknologi, guna mempermudah kerja dalam melayani masyarakat.
Dirinya tidak ingin inovasi yang lahir sebagai program bupati. Lebih dari itu inovasi yang lahir ini untuk wujudkan cita cita Indonesia.
“Inovasi tidak akan sukses tanpa kolaborasi. Semakin kreatif suatu negara maka semakin makmur suatu negara tersebut. Ingin membangun Trenggalek bareng-bareng, tentunya upaya ini perlu mendengarkan masukan dari semua lapisan masyarakat,” tuturnya. (man/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS