BLITAR – Badai Pandemi Covid-19 sangat berimplikasi terhadap aktivitas masyarakat. Gerak perekonomian melambat. Para pelaku usaha kecil, menengah hingga kelas atas serempak mengeluhkan penurunan omzet.
Tapi bagi Dwi Agustining, badai Covid-19 memberinya berkah tersendiri. Usaha sirup jahe merah perempuan 49 tahun itu, justru semakin moncer. Jahe merah merupakan minuman herbal yang memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh.
“Awal mula ide untuk membuat usaha kuliner minuman ini saya dapatkan dari ibu. Singkat cerita, dulu setiap lebaran ibu selalu membuat minuman jahe merah untuk disuguhkan. Namun belakangan banyak orang bilang kalau rasanya enak, terus ada salah satu saudara yang nyeletuk kalau minuman ini bakal laku keras dan laris kalau dijualbelikan,” ujar Dwi, Senin (24/5/2021).
Dwi menceritakan, dirinya merintis usaha sirup jahe merah sejak 2013. Dwi mempelajari lebih dalam cara meracik minuman jahe merah dari resep ibunya. Akhirnya, Dwi benar-benar memiliki usaha produksi minuman jahe merah itu sampai sekarang.
Sebelum masa pandemi Covid-19, Dwi mampu memproduksi sirup jahe merah sampai 200 botol ukuran 0,5 liter atau setara dengan 100 liter sirup jahe merah perbulannya.
“Tapi siapa sangka, pada masa pandemi Covid-19 omzet usaha itu justru mengalami peningkatan sebesar 50 persen. Memang sempat merasa khawatir diawal-awal Covid-19 masuk. Tapi, alhamdulillah justru pada masa pandemi produksi saya bisa meningkat menjadi 150 liter perbulannya, ” jelas Dwi dengan wajah penuh sumringah.
Dalam sebulan, Dwi menyebut bisa menghabiskan jahe merah sebanyak 50 kilogram. Sementara, untuk sekali produksi, dirinya mampu menghasilkan 100 botol ukuran 0,5 liter dengan menghabiskan kurang lebih 15 kilogram jahe merah. Bahan dasar sirup buatannya, Dwi membeberkan beberapa jenis bahan, antara lain gula pasir, jahe emprit, daun serai, kayu secang, dan daun pandan.
Terkait peningkatan permintaan sirup jahe merah sebanyak 3 kali perbulannya, menurut Dwi karena khasiat yang baik untuk daya imut tubuh. Dengan sirup jahe merah, tubuh menjadi tidak rentan terhadap Covid-19.
Dalam pembuatan minuman jahe merah, Dwi mengerjakannya sendiri. Akan tetapi, di tengah naiknya permintaan, suami dan anaknya juga ikut membantu.
“Biasanya sendiri. Namun terkadang suami dan anak ikut membantu saat proses produksi. Saat permintaan banyak kadang juga saya minta bantuan saudara untuk membantu mengupas jahe dan saya berikan ongkos Rp. 5 ribu per kilogramnya,” jelas Dwi.
Selain dalam bentuk sirup, Dwi juga memproduksi minuman jahe merah dalam bentuk bubuk. Kedua produknya itu, dia jajakan melalui media online dan offline. Melalui media online, Dwi mampu menjangkau pelanggan dari luar Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Makassar. Sementara pemasaran secara offline, Dwi mengandalkan toko-toko lokal dan perkantoran.
“Harga jual kalau untuk sirup di dalam botol ukuran 0,5 liter Rp. 40.000, sedangkan untuk yang bubuk kemasan 0,5 kilogram Rp. 60 ribu, dan bubuk kemasan 250 gram Rp. 30 ribu,” terang Dwi.
Dari usaha sirup jahe merahnya, Dwi mampu menghasilkan uang sebesar 6 sampai 10 juta perbulan. Untuk masyarakat Kota Blitar yang hendak membeli sirup jahe merah Dwi, bisa langsung datang ke rumahnya, Jalan Kapuas, No. 84 Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar. (arif/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS