NGANJUK – Tim gabungan dari sejumlah unsur, Selasa (16/2/2021) hari ini kembali melakukan pencarian warga yang masih dinyatakan hilang dalam peristiwa longsor di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Pasalnya, sampai sekarang masih ada 10 orang yang belum ditemukan. Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi mengatakan, sesuai data, total warga di Ngetos ada sebanyak 186 orang, 25 orang sedang merantau, sehingga yang ada di sana 161 orang.
“Dalam peristiwa longsor itu ada 21 orang yang belum ditemukan, setelah dievakuasi ditemukan dua orang dengan luka ringan dan 9 orang meninggal dunia. Ada 10 orang yang belum ditemukan dan kembali akan dilakukan pencarian pada Selasa (16/2/2021),” beber Marhaen, Senin (15/2/2021) malam.
Baca juga: Bantu Korban Longsor, Legislator Banteng Ini Siapkan Posko dan Dapur Umum
Marhaen mengatakan, untuk warga yang terdampak longsor, saat ini sedang mengungsi di rumah kepala desa dan gudang di depannya yang sekaligus dijadikan dapur umum, serta di SD Negeri 3 Ngetos, maupun di rumah kerabat warga terdampak.
Dia menyebutkan, terkait ketersediaan makanan, obat-obatan, air bersih, serta kebutuhan mendasar lainnya telah disalurkan kepada warga terdampak.
“Tadi juga ada bantuan dari Pemprov, dari Polda dan beberapa ormas yang menyalurkan bantuan. Insya Allah aman,” imbuh wabup yang juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur ini.
Pihaknya menargetkan proses evakuasi bisa rampung dalam satu hari, paling tidak maksimal dua hari. Dia minta warga bersabar dan tetap berhati-hati mengingat BMKG memprediksikan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih akan terjadi yang bisa berisiko kembali terjadinya banjir dan longsor.
Marhaen juga kembali mengingatkan warga terkait kesadaran untuk tetap merawat alam dan tidak mengalihfungsikan lahan di Gunung Wilis yang memang bertujuan untuk mencegah terjadinya longsor, menjadi lahan pertanian atau bahkan pemukiman.
“Untuk yang di atas Gunung Wilis tolong tidak difungsikan untuk pertanian. Jangan sampai lahan yang sebenarnya difungsikan untuk menghambat bencana dengan misalnya menanam pohon yang karakteristik pengikat tanah dan penyerap air itu ditanami tanaman yang akarnya serabut, kan akhirnya tanah itu gampang longsor,” ujarnya.
“Penting adanya kesadaran untuk tetap merawat alam, karena kalau kita cinta alam dan sayang alam, maka alam pun akan sayang kepada kita,” tutur Marhaen. (dhani)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS