BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyebut ekspresi kebudayaan lokal mampu menghidupi masyarakat di daerahnya secara ekonomi.
Anas mengatakan, Banyuwangi yang dulu kemiskinannya tinggi di Jawa Timur membuktikan bahwa budaya lokal bisa menyejahterakan suatu daerah.
Hal tersebut disampaikan kader PDI Perjuangan ini saat berbicara dalam webinar bertema ‘Rakyat Sumber Kebudayaan Nasional’ dalam rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno 2020 yang dimulai sejak 1 Juni lalu.
Dia menjelaskan, Banyuwangi melakukan dua strategi. “Pertama, melakukan penyediaan ruang ekspresi budaya bagi rakyat untuk memperkuat kebudayaan nusantara. Strategi kedua, pengembangan kebudayaan lokal untuk kesejahteraan masyarakat untuk memperkuat Banyuwangi,” papar Anas.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melaksanakan berbagai festival seni dan budaya yang bukan hanya sekadar peristiwa-pariwisata yang mendatangkan orang dan uang.
Namun, juga alat konsolidasi kebudayaan. Sebab di sana terjadi dialog, penyiapan, materi, yang melibatkan masyarakat.
“Tahun sekarang saja ada 123 even. Hampir sebagian besar dibuat oleh rakyat sendiri. Swadaya oleh rakyat, mayoritas dibuat oleh sanggar-sanggar,” sebutnya.
Beda Banyuwangi dengan kabupaten lain, lanjut Anas, adalah tidak melibatkan koreografer hebat dari Jakarta. Pemkab Banyuwangi juga menjadikan alun-alun bagian dari panggung budaya bersama yang boleh diakses seluruh kalangan masyarakat.
Di Alun-alun Banyuwangi, dilaksanakan even Banyuwangi Culture Everyday setiap malam, terkecuali hari besar seperti Lebaran. Anak-anak muda didorong menunjukkan ekspresi budaya lokal di tempat itu.
“Mereka sebagian kita berikan honor untuk kelompok-kelompok seninya. Sehingga seniman-senimannya menjadi berdaya karena dia menjadi kurator dari kesenian ini dan mendapat honor. Rata-rata kaum marhaen di tempat ini,” ungkapnya.
Dampak pengembangan kebudayaan lokal ini, sebut Anas, wisatawan ke Banyuwangi dulunya hanya sekitar 491 ribu orang, kini mencapai 5,3 juta orang pertahun.
Jika dahulu tingkat kemiskinan warga Banyuwangi di angka 20,4 persen, kini turun menjadi 7,52 persen. Pendapatan perkapita masyarakat Banyuwangi juga meningkat, di mana dulu hanya Rp14 juta pertahun, sekarang sudah mencapai Rp51,8 juta.
“Ini sejalan dengan amanat yang disampaikan Ibu Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, agar kebudayaan terus ditumbuhkan. Kita lihat Bojonegoro yang kaya minyak saja masih 12 persen kemiskinannya,” kata Anas. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS