Kamis
15 Mei 2025 | 12 : 36

Muncul Segregasi di Masyarakat, Basarah: Harus Segera Diselesaikan!

pdip-jatim-basarah-diskusi-pa-gmni

JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Ahmad Basarah mengatakan rangkaian panjang pelaksanaan Pemilu 2019 telah berakhir setelah KPU RI menetapkan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024.

Meski demikian, kata Basarah, secara ideologis dan politis, hal itu masih meninggalkan berbagai masalah yang harus segera diselesaikan. Salah satunya fenomena pembelahan atau segregasi di tubuh masyarakat, baik karena perbedaan afiliasi politik capres maupun perbedaan dengan latar belakang keyakinan SARA dan ideologi.

“Segregasi tidak hanya terjadi di pendukung 01 dan 02, melainkan sudah mengarah pada upaya pembelahan antar golongan dalam masyarakat. Sebagai contoh pertentangan Pancasila vs khilafah, negara vs agama, TNI vs Polri, TKN vs BPN,” kata Basarah dalam keterangannya, Senin (1/7/2019).

“Belum lagi kita temukan fenomena adanya beberapa kelompok dalam masyarakat yang menunggangi momentum pemilu untuk kepentingan ideologisnya di luar agenda pemilu bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi concern kita semua,” imbuhnya.

Fenomena tersebut memberi dampak pada Pancasila sebagai ideologi bangsa yang berada dalam posisi terancam. Terlebih fenomena terkini, kita temukan adanya fragmentasi di sebagian masyarakat yang masih mempertentangkan antara Pancasila dan negara serta antara Islam dan kebangsaan.

Padahal, kata Wakil Sekjen PDI Perjuangan ini, sejak konsensus final Pancasila pada 18 Agustus 1945, Pancasila resmi menjadi milik bangsa Indonesia, bukan milik golongan ataupun rezim.

“Ketika kita sibuk mempertentangkan Islam dan Pancasila, padahal keduanya sudah final, justru dua ideologi transnasional, fundamentalisme agama, serta paham liberalisme dan fundamentalisme pasar tengah melakukan eksperimen dengan gencar di Tanah Air,” tuturnya.

“Faktanya, menurut BPNT, ada 7 kampus negeri terpapar radikalisme, kemudian data Kemendagri menyebut 19,4% ASN terpapar radikalisme, selanjutnya 3% TNI menurut penjelasan Menteri Pertahanan juga terpapar radikalisme, dan BNPT menyebut 2 juta pegawai BUMN berpotensi kuat terpapar ideologi transnasionalisme,” tambah dia.

Di sisi lain, liberalisme dan fundamentalisme pasar yang mengagungkan kebebasan atas nama hak asasi manusia juga bekerja masif di Indonesia. Sebagai contoh, propaganda gaya hidup bebas, narkoba, dan mungkin suatu saat akan menuntut legalisasi perkawinan sejenis di Indonesia. (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

EKSEKUTIF

Optimalkan Pelayanan Masyarakat, Mas Ipin Lantik 992 ASN Kabupaten Trenggalek

TRENGGALEK – Bupati TmMochamad Nur Arifin melantik 992 orang aparatur sipil negara (ASN) Kabupaten Trenggalek ...
KRONIK

Banyuwangi akan Bangun 3 Fasilitas Pengolahan Sampah Berkapasitas 260 Ton, Didukung Austri dan UEA

BANYUWANGI – Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi dalam melakukan pengolahan sampah secara sirkular ...
SEMENTARA ITU...

Candra: Cagar Budaya di Jember Butuh Perlindungan

JEMBER – Ketua Komisi B DPRD Jember, Candra Ary Fianto berharap Pemerintah Kabupaten Jember dapat melestarikan ...
EKSEKUTIF

Ini Alasan Eri Cahyadi Haramkan Sekolah Negeri di Surabaya Gelar Wisata-Wisuda

SURABAYA – Wali Kota Eri Cahyadi kembali menegaskan larangan menggelar wisuda maupun wisata akhir sekolah, ...
SEMENTARA ITU...

Sepakbola Kades Cup I Lumajang Sukses Tanpa Tawuran, Babak Final Dibuka Wabup

LUMAJANG – Turnamen Sepakbola Kades Cup I, memasuki babak final, Selasa (13/5/2025). Acara dihelat sejak 11 April ...
LEGISLATIF

Soroti PAD Jember, Widarto: Masih Butuh Kerja Keras untuk Penuhi Target

JEMBER – Banyak cara untuk memenuhi target pendapatan asli daerah (PAD) asalkan ada keseriusan Pemerintah Kabupaten ...