
JAKARTA – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri secara resmi melantik dan penyerahan kartu tanda anggota (KTA) kepada para habaib, ulama, purnawirawan TNI-Polri, dan akademisi yang bergabung menjadi anggota PDI Perjuangan.
Acara pelantikan dan penyerahan KTA berlangsung di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).
Megawati yang mengenakan kemeja hitam memberikan selamat datang kepada para penerima KTA tersebut. Presiden RI ke-5 itu lalu menyerahkan KTA dan slayer bergambar banteng moncong putih itu kepada para habaib.
Habaib yang menerima KTA itu adalah Habib Husein Muhdar Almuhdar, Habib Muhammad Sholeh Al Muhdar, Habib Ali Assegaf mewakili Masyarakat Dialog Antar Agama, KH Zainal Arifin bersama 20 ulama Betawi, dan Habib Salim.
Tak hanya para habaib, sejumlah nama purnawirawan yang disebut di antaranya adalah Mayjen TNI (Purn) Andri Sutarno, Mayjen TNI (Purn) Bambang Haryanto, Laksamana Madya TNI (Purn) Yuhastihar, Marsekal Muda TNI (Purn) Benedictus Widjanarko, dan Irjen Polisi (Purn) Albertus Simanjuntak juga menerima KTA. Sementara dari kalangan akademisi, mereka adalah Diah Arimbi dan Bambang Pitoyo.
Megawati lalu memberi pengenalan dan penjelasan mengenai PDI Perjuangan kepada warga baru tersebut. Diceritakannya berbagai pengalaman hidup sejak jaman kemerdekaan RI di era Bung Karno, pengalamannya sendiri berkutat dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di era Orde Baru, hingga menjadi PDIP.
“Kami ini ya begini. Yang jelas, paling utama bagi kami adalah ideologi Pancasila,” kata Megawati.

Dia pun minta para ulama, purnawirawan, dan akademisi agar terus menjaga bangsa ini setia pada jalan Pancasila dan Islam yang rahmatan lil alamin. “Kenapa tak dinikmati kemerdekaan ini dengan menikmati Pancasila? Mari lebih baik kita lakukan itu daripada sesuatu yang keras-keras,” ujarnya.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, ini merupakan bukti bahwa PDIP sebagai rumah kebangsaan menerima siapapun yang ingin berjuang untuk kesejahteraan rakyat.
“Pemberian KTA ini adalah wujud PDIP sebagai rumah kebangsaan Indonesia Raya. PDIP selalu berjuang menjadi rumah rakyat, berjuang menjalankan cita-cita Bung Karno demi terwujudnya kesejahteraan rakyat,” jelas Hasto.
Sementara itu, Habib Husein Muhdar Almuhdar, yang diberi kesempatan berbicara dan membaca doa mewakili para ulama, sempat membacakan sebuah pantun. Kata Habib Husein, pantun itu sudah ada sejak zaman dulu.
“Gedhang Goreng enak legi, melok Banteng wani mati. Kita berjuang menyebarkan kebaikan dan menegakkan kebenaran. itulah yang dimaui oleh Pak Karno untuk kita lakukan. Merdeka,” kata Habib Husein. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS