SURABAYA – Prestasi menggembirakan kembali ditorehkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengganjar Risma penghargaan bertajuk 2018 UN-Habitat Scroll of Honour Award.
Penghargaan tersebut akan diterima di Nairobi, Kenya, pada Senin (1/10/2018) dalam acara Global Observance of World Habitat Day. Penghargaan itu ditujukan kepada tokoh dunia yang sangat berpengaruh.
“Yang memberikan ini di bawah UN Habitat langsung. Makanya nanti mereka memberikan penghargaan di kantor pusat UN Habitat,” kata Tri Rismaharini, kemarin.
Menurutnya, Scroll of Honor UN Habitat memberikan penghargaan kepada dirinya atas dedikasinya terhadap program perubahan iklim di Surabaya, sekaligus juga sebagai arsitek kota dan lainnya.
“Ini yang kasih rekomendasi juga IAI (Ikatan Arsitek Indonesia),” ujarnya.
Setelah acara itu, Risma akan pulang dulu ke Surabaya dan akan berangkat lagi pada 6 Oktober 2018. Sebab, pada 7 Oktober 2018, perempuan kelahiran Kediri ini akan menjadi pembicara pada Bridges for Cities dengan topic Cities of Tomorrow: Technological Solutions and Holistic Approach for Sustainable Cities di Vienna, Austria.
“Mereka itu ngundang-nya sudah satu tahun lalu. Nanti saya akan berbicara masalah bahan-bahan untuk Sustainable Development. Saya berbicara bahan-bahan itu sudah berkali-kali, termasuk juga ketika bertemu dengan Pangeran Charles,” jelas Risma.
Sebetulnya, lanjut Risma, pada 10 Oktober 2018 dia juga dijadwalkan menjadi pembicara di Brussels. Tapi, acara ini masih akan dicek lagi karena waktu di Vienna berbicara pada sore hari.
“Sebenarnya, di sana saya akan menjadi pembicara pada IUC City to City Event dengan topic penanganan Global Warming dan Global Covenant Of Mayors karena board member Global Covenant of Mayors,” ungkapnya.
Kunjungan ke luar negeri berikutnya yaitu ke Korea Utara pada 12 Oktober 2018. Dalam kunjungan kali ini, ia bertindak sebagai Presiden UCLG ASPAC.
Di Korut, Risma akan bertemu dengan wali kota-wali kota dan kepala daerah untuk berdiskusi tentang program UCLG ASPAC ke depannya dan apa saja yang perlu diprioritaskan.
“Nanti ketemu dengan mereka itu, akan membicarakan apa yang bisa dikerjakan atau tidak bisa dikerjakan. Karena semua negara peraturannya berbeda-beda dan tidak mesti sama,” ujar Risma. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS