TULUNGAGUNG – Masalah klasik seputar masih banyaknya TKI/TKW yang bekerja di luar negeri akan diminimalisir pasangan Cagub-cawagub Jawa Timur Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.
Untuk mengurangi warga Jatim mencari penghasilan di luar negeri karena terbelit masalah ekonomi, pasangan nomor urut dua di Pilkada Jatim 2018 ini sudah menyiapkan beberapa program.
Program-program itu pada intinya sebagai upaya pemerintah provinsi memberdayakan masyarakat, khususnya kaum perempuan, di bidang usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Lewat pelatihan dan pendampingan, diharapkan mereka bisa punya usaha mandiri sehingga bisa jadi sumber penghasilan bagi keluarganya.
“Kami akan mengutamakan peningkatan ekonomi. Kalau di sini ada lapangan pekerjaan, diharapkan tak ada lagi yang akan berpindah ke luar negeri dengan menjadi TKI,” kata Puti di Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, saat bertemu anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Desa (FAD), Selasa (27/2/2018).
Program lain yang disiapkan pasangan Gus Ipul-Mbak Puti adalah Dik Dilan, atau pendidikan gratis berkelanjutan. Melalui program ini, biaya pendidikan anak-anak SMA-SMK se-Jatim akan ditanggung Pemprov Jatim.
Penggratisan ini tentu akan mengurangi beban orang tua terkait biaya pendidikan anak-anaknya. “Bahkan, kami juga akan menyiapkan beasiswa bagi anak dari keluarga miskin yang berprestasi, untuk berkuliah di perguruan tinggi favorit,” ujar Puti.
Bagi anak yang telah telanjur ditinggal orangtuanya karena bekerja di luar negeri, tambah Mbak Puti, akan diberikan pendampingan melalui program Rembulan Bersinar. Yakni program sosial untuk pemuliaan perempuan, anak, dan lansia.
Menurut Puti, angka penduduk Tulungagung yang bekerja sebagai TKI, cukup tinggi. Hal itu, sebutnya, tentu berdampak pada pertumbuhan pada anak-anak.
“Salah satu efek negatifnya adalah kenakalan remaja. Masalah ini menjadi perhatian kami ke depan,” ucapnya.
FAD adalah organisasi beranggotakan anak muda bentukan Pemkab Tulungagung yang bertujuan menjadi wadah aspirasi anak. FAD juga terlibat dalam setiap musyawarah rencana pembangunan desa (musrenbangdes).
Acara yang berlangsung jelang sore tersebut, tambah Puti, untuk menyerap aspirasi keinginan para anak terhadap program pemimpin Jawa Timur ke depan.
Dari diskusi ini terungkap bahwa satu di antara masalah yang dihadapi anak adalah kurangnya pola asuh orang tua, karena banyak yang menjadi buruh migran di luar negeri.
Akibat dari kurangnya pola asuh anak tersebut membuat banyak anak berlaku menyimpang. Mulai dari penyalahgunaan narkoba hingga minum minuman keras.
Dalam forum ini ada seorang anggota FAD yang juga anak TKI. Gadis yang masih duduk di bangku SMA ini menjelaskan suka dukanya sejak SD ditinggal orangtuanya menjadi TKI.
Di Tulungagung, dia tinggal bersama sang kakek. Sejak kecil dia harus memenuhi segala kebutuhannya seorang diri.
Tak jarang, dia merasakan kerinduan terhadap kasih kedua orangtuanya. Lalu dia menghentikan ceritanya, karena tak kuasa menahan air matanya. Dia menangis di depan Puti.
“Sebenarnya, kami tak ingin dispesialkan oleh pemerintah. Perlakukan kami seperti anak-anak yang lain. Dengan begitu, setidaknya kami bisa melupakan masalah kami di rumah. Itu saja,” ucapnya, terbata-bata.
Mendengar cerita sang gadis, Puti tersenyum. “Kamu hebat nak,” ujar Puti yang juga ibu dari dua anak ini usai mendengar cerita sang anak. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS