BANGKALAN – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno kembali mengunjungi Pondok Pesantren KH Syaikhona Cholil (Mbah Cholil), Bangkalan, Madura, Sabtu (20/1/2018).
PP KH Syaikhona Cholil merupakan pondok tertua di Bangkalan, di mana kakek buyut calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), KH Bisri Syansuri dulu pernah mondok ke tempat tersebut. Pondok ini dihormati oleh kalangan warga Nahdlatul Ulama.
Gus Ipul-Mbak Puti juga menyempatkan berziarah ke makam Mbah Cholil di Desa Martajasah, Kecamatan Kota. Keduanya membaca tahlil dan berdoa tepat di samping pusara tokoh Madura sekaligus kiai Nahdlatul Ulama, didampingi beberapa tokoh agama Bangkalan.
Selama di Bangkalan, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI Perjuangan, PKB, PKS dan Partai Gerindra tersebut minta restu para kiai untuk maju dalam Pilkada Jatim 2018.
Saat di Ponpes Syaikhona Cholil, Puti berbagi cerita-cerita menginspirasi kepada ribuan santriwati. Cucu pertama Presiden pertama RI Bung Karno itu menyampaikan pentingnya para santriwati berani mempunyai cita-cita tinggi.

Dosen tamu Asia Jepang Research Center, Kokushikan University Jepang itu lantas berbagi kisah masa kecilnya yang dekat dengan neneknya, Fatmawati Soekarno. Dari ibu negara pertama tersebut, dia belajar bagaimana mengaji.
“Saya memanggil Ibu Fatmawati dengan sebutan Mbu. Suara beliau sangat merdu saat mengaji. Beliau mengajarkan kepada saya untuk selalu bersyukur, menjalani hidup dengan bahagia dan penuh optimisme. Nah, kalian yang masih sangat muda ini harus berani berpandangan jauh ke depan, punya visi, dan berani berjuang untuk meraihnya,” urainya.
Ibu dari Rakyan Ratri Syandriasari Kameron (18 tahun) dan Rakyan Daanu Syahandra Kameron (16 tahun) ini juga menekankan pentingnya sikap tidak boleh instan dalam menggapai yang diinginkan.
Dia pun menceritakan bagaimana saat remaja harus menabung untuk bisa membeli buku. Meski lahir dari putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarno Putra, Puti diajarkan hidup sederhana dan mandiri sejak kecil.
“Saya harus menabung dari uang jajan untuk membeli buku. Rajinlah membaca, karena itu pintu untuk melihat dunia, memahami situasi, memberi solusi bagi masalah sehari-hari,” kata Puti.
Dia juga berbagi pesan tentang pentingnya menjalin silaturahmi seluas mungkin. “Saling silaturami atau dalam bahasa zaman now disebut kolaborasi adalah kebutuhan mutlak jika ingin berkembang,” tutur wanita berusia 46 tahun ini.
Usai acara, Puti pun diserbu para santriwati. Mereka bergantian bersalaman dan berfoto bersama. (hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS