LIMA hari berkunjung ke Tiongkok, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani tidak terlepas dari nama besar presiden pertama RI Soekarno dan presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.
Puan di Tiongkok dalam rangka kunjungan kerja. Pada 31 Juli sampai 3 Agustus, Puan ada di Guiyang, Provinsi Guizhou, Tiongkok. Setelah itu, pada 3-5 Agustus, Puan mengunjungi Provinsi Guangdong.
Saat berada di Guiyang, Puan memimpin delegasi Indonesia yang beranggotakan 33 orang untuk menghadiri dua pertemuan. Pertemuan pertama adalah Pekan Kerja Sama Pendidikan Tiongkok-ASEAN Ke-9 dan Konferensi Meja Bundar Menteri-menteri Pendidikan Tiongkok-ASEAN Ke-2. Dalam dua acara yang disatukan ini, Puan melontarkan gagasan sistem gotong royong dalam pendidikan yang diberi judul “Mengubah Peran Pendidikan dalam Era Globalisasi”.
Puan tampil ke panggung sebelum Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Liu Yandong membuka secara resmi pertemuan tersebut.
Pertemuan kedua adalah Pertemuan Tingkat Tinggi Ke-2 RI-RRT: People to People Exchange Mechanism. Dalam pertemuan ini, Wakil PM RRT minta kepada delegasi Indonesia yang dipimpin Puan untuk mempercepat pembukaan Pusat Kebudayaan Indonesia-RRT. Liu Yandong juga berharap rasa saling curiga di antara masyarakat kedua negara dihilangkan.
Liu Yandong, tokoh perempuan Tiongkok yang beberapa kali datang ke Indonesia, yakin harapannya itu akan terwujud karena delegasi Indonesia dipimpin oleh cucu dan putri dari dua tokoh terkenal di dunia yang bersahabat dengan RRT, yakni Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri.
Delegasi Indonesia dalam dua pertemuan ini, antara lain, terdiri dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir; Duta Besar RI untuk RRT Soegeng Rahardjo; dua anggota DPR, yakni Utut Adianto dan Ismayatun; serta pejabat tinggi dari beberapa kementerian di bawah koordinasi Menko Pembangunan Kebudayaan dan Kemanusiaan.
Seusai pertemuan, Wakil Menteri Pendidikan RRT Hao Ping, ketika menjawab pertanyaan wartawan, mengulangi lagi rasa bangganya atas kedatangan Puan dalam dua pertemuan ini. “Presiden Soekarno dan Presiden Megawati adalah dua nama terkenal di negeri ini. Kami bangga,” ujarnya.
Saat di Guizhou, Puan sempat blusukan ke sejumlah tempat, antara lain ke Pusat Data Informasi Guizhou yang sangat modern.
Sementara itu, ketika mengunjungi Guangdong, Puan antara lain bertemu dengan Gubernur Guangdong Zhou Xiaodan. Dalam pembicaraan dengan gubernur provinsi yang dilalui Sungai Mutiara ini, Puan banyak bertanya soal pemeliharaan sungai, penampungan air, pariwisata, dan pengalaman provinsi ini menyelenggarakan Asian Games.
Di provinsi ini Puan sempat berkeliling di stadion dan museum Asian Games. Dia menemui para pemain bulu tangkis yang sedang berlatih untuk berlaga dalam Asian Games Ke-18 di Indonesia tahun 2018.
Di bawah terik matahari, di stadion Asian Games dan Olimpiade itu, Puan berdiri cukup lama. “Saya baru cari inspirasi untuk penyelenggaraan Asian Games Ke-18 nanti,” ujar Puan yang juga Wakil Ketua Pengarah Asian Games Ke-18. Bertindak sebagai ketua pengarah adalah Presiden Joko Widodo.
Puan juga mengunjungi perpustakaan raksasa supermodern Guangdong yang tiap tahun dikunjungi 6,5 juta orang.
RRT kini sedang melaju menjadi negara adikuasa dunia. “Ini bisa menjadi ancaman, tetapi juga peluang bagi Indonesia. RRT hormat kepada Indonesia antara lain karena peran Bung Karno,” ujar Soegeng Rahardjo. (J OSDAR)
Sumber: Kompas
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS