NGAWI – Peralihan petani Ngawi menuju sistem pertanian ramah lingkungan berkelanjutan (PRLB) terus menunjukkan tren positif. Luasan lahan yang menerapkan sistem ini meningkat dari tahun ke tahun.
Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono menargetkan, pada 2025 luas PRLB mencapai 25 ribu hektar atau setengah dari total lahan baku sawah di Ngawi yang sekitar 50 ribu hektar.
“Secara bertahap kami ingin luasan PRLB mencapai setengah dari lahan baku sawah pada 2025 ini,” ujar Bupati Ony, Senin (11/8/2025).
Hingga pertengahan tahun ini, PRLB di Ngawi sudah mencakup 22 ribu hektar yang tersebar di berbagai wilayah. Pelaksanaan PRLB mengacu pada pembatasan penggunaan pupuk kimia sintetis.
Yakni, maksimal 200 kilogram per hektar, sementara kebutuhan pupuk dasar lainnya dipenuhi dengan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
“Ini sesuai kaidah awal revolusi hijau yang membatasi pupuk kimia tidak lebih dari 200 kilogram per hektar. Sekarang kita kembalikan ke aturan itu,” jelasnya.
Bupati dari PDI Perjuangan tersebut berharap luasan PRLB terus bertambah setiap tahun. Ia menargetkan seluruh lahan baku sawah di Ngawi dapat menerapkan sistem ini di masa kepemimpinannya.
Terkait pengendalian hama, khususnya tikus, Bupati Ony mendorong petani menggunakan metode ramah lingkungan, menggantikan alat jebakan yang berisiko tinggi.
“Penanggulangan dilakukan secara bertahap, misalnya dengan gropyokan dan metode lainnya,” katanya.
Menurut Bupati Ony, pendekatan organik terbukti efektif mengurangi serangan tikus. Contohnya di wilayah Ngawi timur, petani berhasil menekan populasi hama dengan memanfaatkan mikroorganisme lokal sebagai pupuk tanaman.
“Tanaman padi yang terlalu banyak diberi pupuk kimia membuat batangnya manis dan disukai tikus. Jika memakai pupuk organik, batang padi hambar sehingga tikus tidak tertarik,” ujarnya. (and/hs)