PONOROGO – Ribuan seniman reog tumpek blek di depan Paseban Alun-alun Ponorogo, Sabtu (15/3/2025) malam. Dari penjathil, bujang ganong, hingga pembarong. Mereka silih berganti menunjukkan penampilannya di hadapan ribuan masyarakat.
Tidak hanya tampil di depan Paseban Alun-alun saja, ribuan seniman dengan ratusan dadak merak itu juga tampil di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo sampai ke Pendopo Agung.
Penampilan mereka yang atraktif tersebut dalam rangka turut andil dalam “Tadarus Budaya”. Kegiatan ini rutin diadakan Pemkab Ponorogo di setiap bulan Ramadan.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengatakan, Tadarus Budaya selalu digelar bertepatan dengan 15 Ramadan. Sesuai namanya, “Tadarus Budaya” menyatukan unsur religi dan budaya.
Tak hanya menampilkan pentujukan reog, Tadarus Budaya juga menampilkan tausiyah keagamaan.

“Artinya, kita mencapai hari ke-15 puasa. Nggak sekadar budaya saja, kita padukan dengan religi. Sebuah kekuatan lembut yang maha dahsyat, yaitu santri dan budaya,” ujar Sugiri.
Sugiri menjelaskan, budaya dan religi bisa blended itu dinamakan tadarus. Tadarus maknanya membaca.
“Maka dengan tadarus budaya antara nasionalis yang disimbolkan reog dengan religius yang disimbolkan Ramadhan bisa blended. Bisa menyatu hingga jadi sesuatu yang Ponorogo banget,” tuturnya.
Lebih lanjut, Sugiri mengungkapkan, bahwa bukan tanpa alasan, Tadarus Budaya juga sebagai upaya untuk membangun Ponorogo menjadi kota religi dan budaya dengan melibatkan banyak pihak.
“Menjadi modal kami ke depan, kapanpun bahwa warisan dua hal itu menjadi andalan. Kita menggerakkan semua unsur agar pembangunan adalah partisipatif masyarakat. Reog menjadi simbol pemersatu dan kebersamaan,” terangnya.
Menurut politisi PDI Perjuangan itu, gelaran tadarus budaya juga diikuti oleh seniman dari luar Ponorogo, seperti Jogja, Surabaya, Pacitan, Madiun, Nganjuk, Trenggalek, Blora, Solo, dan Semarang. Ia juga mengaku, kegiatan tersebut tidak menggunakan dana dari APBD.
“Saya haturkan terima kasih atas sumbangsihnya tanpa sangu satu rupiah pun. Mereka suka rela dan supaya jadi gotong royong,” tandas Sugiri. (jrs/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS