Senin
27 Oktober 2025 | 3 : 05

Juni Bulan Bung Karno, Adi Sutarwijono: Warisi Apinya Bukan Abunya

pdip-jatim-240607-refleksi-bbk-sutar

SURABAYA – Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono menyatakan, bahwa Juni adalah bulan Bung Karno. Bulan ini istimewa bagi Sang Putra Fajar, julukan Bung Karno.

Menurut Adi, ada tiga peristiwa penting di bulan Juni yang dikenang dan diperingati masyarakat luas terkait Bung Karno, Sang Proklamator Kemerdekaan dan Presiden pertama RI.

Pertama, pada 1 Juni 1945, Bung Karno menyampaikan pidato tentang Pancasila di depan sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) di masa kekuasaan Jepang. Pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, yang diperingati secara nasional.

“Kedua, pada 6 Juni 1901, Bung Karno lahir di Surabaya ketika fajar merekah, diberi nama Koesno, kemudian diubah menjadi Soekarno. Bung Karno lahir di rumah kecil di kampung Pandean Gang 4 nomor 40. Bung Karno adalah arek Suroboyo, lahir dan tumbuh di kota yang masyarakatnya egaliter, blak-blakan, dan penuh persaudaraan,” kata Adi Sutarwijono dalam keterangan tertulis, Kamis (6/6/2024).

Adi menjelaskan bahwa pada tahun 2020, rumah tempat Bung Karno lahir dibeli oleh Pemerintah Kota Surabaya menjelang berakhirnya pemerintahan Wali Kota Risma.

Wali Kota Eri Cahyadi kemudian membenahi rumah tersebut dan menjadikannya museum yang dapat dikunjungi masyarakat luas.

“Sebagai destinasi wisata, rumah itu satu rangkaian kunjungan wisatawan dengan rumah indekos Bung Karno sewaktu sekolah, milik Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarikat Islam, di Jalan Peneleh Gang 7 nomor 29-31,” ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya tersebut.

Menurutnya, rumah Tjokroaminoto, yang lebih dulu dijadikan museum, ditempati Bung Karno sebelum melanjutkan sekolah di Bandung (kini ITB) hingga lulus meraih gelar insinyur.

Peristiwa ketiga, pada 21 Juni 1970, Bung Karno wafat dan mewariskan gagasan-gagasan besar bagi generasi penerus Indonesia dan dunia, termasuk keyakinan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa.

“Itu sebabnya, bulan Juni dikenang sebagai Bulan Bung Karno. Mengutip Bung Karno, kita warisi apinya! Jangan abunya,” kata Adi.

Dia menyebut Surabaya sebagai tempat penting dalam pertumbuhan nasionalisme dan perjuangan Indonesia di masa lalu. Bung Karno menyebut kota ini sebagai dapur nasionalisme Indonesia.

“Surabaya menjadi tempat pembentukan gagasan Indonesia di masa kolonial Belanda. Kota ini memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan,” jelasnya.

Menurut Adi, berbagai pergerakan dan perlawanan rakyat terjadi di Surabaya sebelum dan sesudah kemerdekaan.

“Ada sejumlah peristiwa besar di Surabaya. Salah satunya, pertempuran 10 November 1945 di awal kemerdekaan Indonesia, yang setiap tahun kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa heroik itu didahului dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit dan Resolusi Jihad yang membangkitkan perlawanan hebat dari rakyat terhadap tentara sekutu,” tutur Adi.

Menurutnya, berbagai peristiwa masa lalu masih dapat dikenali melalui sejumlah tempat atau tetenger hingga saat ini. Ini menjadi modal penting bagi pewarisan sejarah pada generasi selanjutnya untuk menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta membangun karakter.

“Surabaya menyimpan banyak kisah perjuangan, kepahlawanan, dan narasi kebangsaan Indonesia. Ini menjadi modal untuk membangun kesadaran nasionalisme dan memperkuat wawasan kebangsaan bagi generasi penerus. Ini bisa dilakukan melalui cara-cara kreatif, seperti wisata kebangsaan ke tempat-tempat bersejarah,” ungkap Adi.

Api perjuangan Bung Karno, lanjut dia, diwujudkan dalam praktik pemerintahan Kota Surabaya saat ini untuk menyejahterakan masyarakat, terutama lapisan orang kecil atau wong cilik.

“Bung Karno pada 1946 pernah menulis, ‘Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan tanpa mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.'”

Di pemerintahan Kota Surabaya, biaya pendidikan di SD Negeri dan SMP Negeri dibebaskan. Bantuan seragam juga diberikan kepada pelajar yang tidak mampu.

Di bidang kesehatan, dilakukan pembebasan biaya pengobatan dan perbaikan akses pelayanan kesehatan. Pemerintah dan masyarakat terus berupaya mengentaskan kemiskinan.

Selain itu, dilakukan pembenahan kampung-kampung, perbaikan rumah tidak layak huni, dan penciptaan ruang-ruang publik. Pemerintah juga terus menata lingkungan yang hijau dan bersih.

“Surabaya terus tumbuh dan dijaga sebagai kota yang maju, nyaman, dan dihuni beragam penduduk. Toleransi dan gotong royong telah menjiwai Surabaya,” pungkasnya. (goek)

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

UMKM

Pekan Pasar Rakyat Magetan 2025 Dibuka, Seberapa Untung UMKM?

MAGETAN – Wakil Ketua 1 DPRD Magetan, Suyatno dan Ketua Komisi B Rita Haryati menghadiri pembukaan Pekan Pasar ...
LEGISLATIF

Guntur Wahono Sosialisasikan Penguatan Ideologi Pancasila pada Masyarakat Kaki Gunung Kelud

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim, Guntur Wahono kembali menggelar sosialisasi penguatan ideologi Pancasila ...
LEGISLATIF

Mbak Puti di Sidoarjo, Hadiri Acara Semarak Reog Cemandi dan Bimtek Pembuatan Konten Medsos

SIDOARJO – Anggota Komisi IX DPR RI, Puti Guntur Soekarno, menghadiri sejumlah kegiatan saat melakukan kunjungan ...
SEMENTARA ITU...

Wabup Antok Iringi Ribuan Scooterist Kumpul di Ngawi, Rayakan 25 Tahun Iseng

NGAWI – Ribuan pecinta sekuter atau scooterist dari berbagai daerah di Indonesia memadati kawasan wisata Kebun Teh ...
LEGISLATIF

Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Pasuruan Sepakat Aspirasi Warga, Tolak Rencana Pembangunan Real Estate Prigen

KABUPATEN PASURUAN – Hal itu ditegaskan oleh salah seorang anggota Fraksi PDI Perjuangan, H. Sugianto, kepada ...
EKSEKUTIF

Bupati Kediri Berharap Beroperasinya Kembali Bandara Dhoho Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Setelah beberapa bulan tidak ada penerbangan, Bandara Dhoho Kediri akan kembali beroperasi mulai 10 November 2025