GRESIK – Dampak kelangkaan minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter di pasaran dirasakan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Karena itu, Wakil Ketua DPRD Gresik, Mujid Riduan meminta Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) untuk turun ke lapangan membantu para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Meski operasi pasar gencar digelar pemerintah pusat sampai daerah, namun di lapangan, minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter masih langka di pasaran. Hal itu menyebabkan para pelaku UMKM kelimpungan. Untuk mendapatkan minyak goreng, sebagian diantaranya harus berburu di luar kota. Beberapa pengusaha rumahan pembuat kerupuk dikabarkan terpuruk dan gulung tikar.
“Setelah ini saya koordinasikan dengan Diskoperindag untuk turun membantu UMKM,” kata Mujid Riduan, Selasa (1/3/2022), usai mengunjungi tempat usaha kerupuk milik Sutino, di Desa Putat Lor, Kecamatan Menganti, Senin (28/2).
“Selain kelangkaan minyak goreng, pemerintah juga harus memperhatikan harga tepung tapioka yang ikut naik. Ini harus menjadi perhatian pemkab gresik,” imbuhnya.

Ketua DPC PDI Perjuangan itu menyebut, berdasarkan informasi yang ia terima, setidaknya sudah tiga produsen kerupuk rumahan yang gulung tikar.
“Pengrajin rumahan mulai kerupuk, tahu, tempe biar didata berapa yang kembang kempis, berapa yang berhenti beroperasi, itu perlu di data. Kami perlu data itu, pemkab harus hadir ke UMKM,” katanya.
Selain meminta diskoperindag mengatasi kelangkaan minyak goreng, Mujid mengaku akan membantu pengusaha kerupuk dengan pengajuan bantuan alat melalui dana hibah. Sehingga produsen kerupuk rumahan bisa tetap bertahan.
Sementara Sutino mengaku, untuk mendapatkan minyak goreng saja, harus mencari keluar kota dengan harga yang lebih tinggi dari ketentuan pemerintah. Mulai Rp 18 ribu sampai Rp 19 ribu per liter.
Sehingga, biaya produksi yang dikeluarkan jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Tidak hanya itu, harga bahan baku kerupuk, tepung tapioka juga ikut naik.
“Mau tidak mau harus tetap produksi, kalau berhenti produksi kasihan nasib para pekerja kami,” kata Sutino.

Pria berusi 59 tahun itu mengaku sudah 30 tahun menjalani bisnis kerupuk. Namun, baru kali ini mengalami terjadi kelangkaan minyak goreng paling parah.
Sebelum minyak goreng langka, Sutino membeli minyak goreng masih di kisaran Rp 12 ribu per liter. Dalam sehari, menghabiskan 180 kilogram minyak.
“Tinggal dikalikan saja berapa nilai produksi sejak terjadi kelangkaan minyak goreng yang sudah berjalan satu bulan ini,” ungkapnya.
Borong Kerupuk
Untuk sedikit membantu memutar perekonomian pengusaha kerupuk, pada kunjungannya itu Mujid Riduan memborong kerupuk buatan UMKM. Kerupuk-kerupuk itu lantas ia bagikan kepada warga. (mus/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS