JAKARTA – Belasan anggota Leaders in Administration Programme (LAP) Singapura mengunjungi kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponogoro, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin. Kunjungan calon pejabat-pejabat publik Singapura tersebut untuk menimba ilmu di partai pemerintah ini.
Di hadapan LAP yang juga petinggi-petinggi lembaga publik di Singapura, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memaparkan bahwa sejarah partainya berawak dari berdiri sebagai Partai Nasionalis Indonesia (PNI) hingga saat ini.
PDIP berubah menjadi partai kerakyatan, dengan basis pemilih di akar rumput, dan berpegang teguh pada ideologi Pancasila. “Kami menempatkan partai kami sebagai penjaga keberagaman bangsa berdasarkan Pancasila,” kata Hasto.
Di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, PDIP terus memperbaiki diri dengan mendirikan sekolah partai. Pendirian sekolah tersebut untuk memperbaiki sistem pendidikan kadernya.
“PDIP juga memperbaiki mekanisme perekrutan kader dari bawah. Ada berbagai mekanisme yang dilaksanakan dalam proses perekrutan yang melibatkan cara modern dan digital seperti psikotes online,” urainya.
Dari sekolah partai dan perekrutan dan kaderisasi memunculkan pemimpin daerah dan nasional yang menonjol. Dari orang seperti Gubernur Ganjar Pranowo, Walikota Tri Rismaharini dan Hasto Wardoyo, hingga Jokowi yang kini menjadi presiden.
“Pak Jokowi sendiri mengalami juga proses kaderisasi dari bawah ini,” jelas Hasto.
Sementara itu, dari pihak rombongan dipimpin Dubes Singapura untuk Indonesia Amil Kumar Nayar mengaku mengetahui eksistensi partai berlogo banteng sejak 27 Juli 1996, ketika kantor PDI diserang, Nayar mengaku sudah berada di Jakarta.
“Jadi saya paham benar apa yang terjadi saat itu. Kami paham benar arti kata ‘Perjuangan’ dari nama PDI Perjuangan saat ini. Bahwa PDIP akan selalu berjuang untuk memperbaiki diri,” ucap Nayar.
Dia menjelaskan, delegasi yang berkunjung ini memang dipersiapkan menjadi pemimpin publik di Singapura. Mereka telah melakukan proses pelatihan dengan mengunjungi semua institusi di negeri itu untuk memahami soal pelayanan publik dan politik.
“Dan Indonesia tak boleh dilupakan. Kami memilih PDI Perjuangan, untuk belajar dan mengetahui bagaimana manajemen partai dan pandangan soal isu regional dan Indonesia sendiri. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Megawati Soekarnoputri yang memberi kesempatan ini,” ucapnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS