JAKARTA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, dalam perjalanan sejarah, hubungan kaum nasionalis dan kaum santri ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang yang tidak terpisahkan. Nasionalis dan santri, santri dan nasionalis menyatu dalam setiap perjuangan bangsa ini.
“Saya betul-betul merasakan bagaimana partai ini memiliki kedekatan dengan kalangan santri, kalangan kiai, jamaah dan jamiyah dari Nahdlatul Ulama. Di PDI Perjuangan kami juga diajarkan untuk mengambil tanggung jawab dalam memberdayakan umat melalui program-program kerakyatan, yang sasarannya di dalamnya juga ada para nahdliyin,” ujar Eri Cahyadi.
Hal ini dia ungkapkan dalam acara dialog PDI Perjuangan memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96 di Jakarta, Sabtu (12/2/2022).
“Di awal berdirinya Republik, Bung Karno bertanya tentang hukum membela negara bagi umat Islam kepada KH Hasyim Asyari (pendiri NU). Dengan tegas Mbah Hasyim Asyari menyatakan bahwa perjuangan membela tanah air adalah bagian dari jihad fisabilillah,” bebernya.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang ikut hadir di acara dialog mengatakan, peringatan harlah NU ini bukan kebetulan.
“Bukan sekadar peristiwa politik tetapi kepada penguatan sejarah, dimana di setiap kesempatan Bung Karno selalu mengatakan bahwa beliau mengidolai Rasulullah Muhammad SAW, dimana revolusi Muhammad adalah summing up of many revolution in one big revolution. Revolusi di segala sisi yang mengubah peradaban dunia dari zaman jahiliyah menuju jaman Islam yang terang benderang,” jelas Bupati Arifin.
Baca juga: Bagi PBNU, PDIP Komponen Senyawa Dalam Perjuangan
“Saya sebagai kader PDI Perjuangan dan besar dalam keluarga NU, menyadari sepenuhnya bahwa nasionalisme adalah buah dari relijiusitas,” imbuhnya.
Sedang legislator DPR RI dari dapil Lamongan-Gresik, Nasyirul Falah Amru menilai NU dan PDI Perjuangan memiliki garis perjuangan sama mengenai kesejahteraan masyarakat. NU memikirkan umat, sedangkan PDI Perjuangan menjadikan wong cilik sebagai arus perjuangan.
“Jadi saya pikir NU dengan PDI Perjuangan, nasionalis-religius dalam konteks ini, ya, sama-sama bagaimana manusia itu dimanusiakan dan dalam hal ini masih banyak kaum yang termarginalkan,” sebut Sekretaris Umum Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini.
Pria yang akrab disapa Gus Falah itu juga menyampaikan Bung Karno sebagai rujukan pergerakan PDI Perjuangan sangat menghargai dan mencintai ulama sama halnya dengan NU.
Dia mencontohkan Bung Karno tak pernah lupa sowan ke ulama ketika berkunjung ke daerah-daerah. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS