NAMA Jokowi sebagai capres menjadi idola anak-anak muda Kota Surabaya. Hasil jajak pendapat Sociology Center Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menyebutkan, sebanyak 49,66 persen pemilih muda akan memilih Jokowi sebagai Presiden dalam Pilpres 2014.
Dalam jajak pendapat itu, tingkat partisipasi tertinggi, yakni 95,9 persen pemilih muda menyatakan penting untuk memilih presiden. Sociology Center menempatkan 15 tokoh sebagai calon presiden dalam pemilu yang digelar tahun ini.
Dari 300 responden, sekitar 49,66 persen akan memilih kader PDI Perjuangan Joko Widodo sebagai presiden dalam Pilpres 2014. “Figur Joko Widodo yang jujur dan dikenal dekat dengan masyarakat menjadi faktor utama,” ungkap Kepala Sociology Centre, Novri Susan, di Surabaya, Jumat (21/3).
Di urutan kedua, ada nama Dahlan Iskan dengan 18,15 persen, disusul Anis Baswedan (8,22 persen), Gita Wirjawan (4,45 persen) dan Prabowo Subianto (3,77). “Figur lainnya yang menduduki peringkat ke enam adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Sedangkan nama-nama lain seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Wiranto, Surya Paloh tercecer jauh di bawahnya,” ujar Novrie.
Terkait pemilu 2014, sebagian besar pemilih muda Surabaya tidak percaya pelaksanaannya akan berlangsung secara bebas, jujur dan adil. Disebutkan, 81,6 persen pemilih muda tidak percaya pada pelaksanaan pemilu dan hanya 18,4 persen yang percaya dengan proses bebas, jujur dan adil.
Novri Susan mengatakan, pemilih muda masih mempercayai kalau kecurangan dalam bentuk politik uang dari calon legislatif masih dominan. Hal ini terbukti dari 54,5 persen pemilih muda yang mengaku pernah ditawari uang/barang oleh parpol, caleg maupun DPD.
Dia menambahkan, dari hasil jajak pendapat yang dilakukan 18 – 19 Maret 2014 ini, juga ditemukan fakta menarik bahwa sekitar 85,62 persen pemlih muda akan berpartisipasi dalam Pemilu 2014, dan hanya 14,38 persen saja yang menyatakan golput. Mereka yang golput karena tidak lagi mempercayai caleg dan ada juga yang pergi ke luar kota serta tidak setuju dengan adanya pemilu.
Meski menyatakan berpartisipasi dalam pemilu mendatang, jajak pendapat yang melibatkan 300 responden dengan rentang usia 18 – 28 tahun ini, disebutkan kalau sekitar 75, 92 persen pemilih muda tidak mengetahui jumlah parpol peserta pemilu. Disamping itu, sekitar 55 persen pemilih muda tidak memahami tentang jenis-jenis pemilu.
Jajak pendapat Sociology Center ini menggunakan metode accidental random sample dengan memilih representasi wilayah administrasi berbasis kecamatan di Surabaya. Dari 300 responden, sekitar 52,7 persen adalah perempuan dan 47,3 persen laki-laki. Dari kelompok umur, sekitar 52 persen berumur 18 – 21 tahun. Sedangkan 48 persen lainnya berumur 22 – 29 persen.
Dari jajak pendapat ini ada tiga hasil yang didapatkan, yakni pemahaman tentang demokrasi dan pemilu, signifikansi pemilihan pemimpin politik dan perilaku memilih serta kepercayaan dalam pemilu 2014.
Terkait jajak pendapat ini, Sociology Center memberikan beberapa rekomendasi, yakni KPU harus memperkuat proses sosialisasi pemilu 2014, dan memberi sanksi tegas kepada setiap pelaku politik uang atau gratifikasi. Mereka juga minta parpol dan caleg serta DPD agar lebih mengutamakan kampanye yang secara langsung turun ke masyarakat, meninggalkan politik uang dan tidak merusak lingkungan. (ovi)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS