SURABAYA – Calon Wali Kota Tri Rismaharini menegaskan, Surabaya adalah kota modern dan terbuka, yang bisa menciptakan keamanan dan kenyamanan masyarakat. Saat memimpin Surabaya bersama Whisnu Sakti Buana, meski berasal dari berbagai latar belakang budaya, agama dan asal usul, warga kota bisa hidup rukun dan guyub.
“Meski Surabaya kota terbuka, namun gotong royong tetap dipertahankan,” tutur Risma, di acara debat kedua yang diselenggarakan KPU Surabaya dan disiarkan secara live oleh JTV di Hotel Shangrila, Jumat (6/11/2015) malam.
Sementara, Calon Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana menyatakan, dalam menjalankan pembangunan semasa masih menjabat wakil wali kota bersama Wali Kota Tri Rismaharini periode lalu, pihaknya melibatkan peran serta masyarakat, tanpa membedakan asal usul mereka. Kesempatan sama diberikan kepada para warganya untuk bersama-sama membangun Surabaya.
“Dalam pembangunan partisipasi masyarakat diutamakan. Bahkan kalangan birokrat di pemerintah kota, berasal dari Sabang sampai Merauke,” ungkapnya.
Berkaitan dengan era globalisasi, Risma yakin masyarakat Surabaya akan menjadi pemenang, menjadi tuan dan nyonya di kotanya sendiri. Dengan semangat juang para pahlawan, tambah dia, bisa mengatasi persaingan ekonomi di era modern.
“Dengan mengalokasikan pendidikan sebesar 32 persen, di dalamnya ada program beasiswa dan berbekal mental pejuang akan bisa bersaing di era global,” paparnya.
Ia menunjukkan, salah satu prestasi yang ditunjukkan arek Suroboyo di era global, yakni dengan adanya komik digital yang bercerita tentang perjuangan pada peringatan Hari Pahlawan.
“10 November nanti, akan dilauching komik digital. Ini bukti prestasi masyarakat Surabaya,” tutur perempuan yang pernah mendapat predikat Wali Kota Terbaik Dunia itu.
Meski memasuki era global, menurut Whisnu Sakti, jati diri dan budaya lokal akan dipertahankan. “Beragam budaya lokal, seperti festival rujak uleg dilestarikan, perhatian pada situs budaya dilakukan terhadap rumah HOS Cokroaminoto, makam Sawunggaling tetap dikembangkan agar tak tercerabut era globalisasi,” tandasnya.
Pria yang akrab disapa Mas WS ini menambahkan, globalisasi tak bisa ditolak, namun menjadi tantangan. “Modern tak bisa ditolak, tapi sebuah tantangan bagi arek Suroboyo,” katanya
Debat publik, yang mengusung tema Memperkokoh NKRI dan Kebangsaan ini berjalan menarik saat memasuki sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang disampaikan Lucy, cawawali paslon nomor urut satu, menyatakan bahwa belum ada prestasi yang ditorehkan Risma-Whisnu selama memimpin Surabaya.
Risma menanggapinya dengan santai. Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya justru menunjukkan beragam prestasi yang dicapai. “Selama kami memimpin Surabaya, tiap tahun sekitar 140 prestasi yang kita dapatkan, baik berskala nasional dan internasional,” terangnya
Bahkan, menurut Risma dalam lima tahun kepemimpinannya cukup banyak prestasi yang diraih para siswa, mulai SD hingga SMU.
“Tahun pertama saya menjabat ada 300 siswa yang beprestasi. Di akhir masa jabatan saya sebanyak 3.000 lebih siswa berhasil mengharumkan nama Surabaya di tingkat nasional dan internasional,” jelasnya.
Dia menambahkan, nama Surabaya kian mendunia, karena prestasi yang diraih selama kepemimpinannya bersama Risma. “Selama 5 tahun memimpin Surabaya makin dikenal. Siapa Bu Risma, bahkan daerah-daerah lain banyak yang belajar dari Surabaya,” terang mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya itu.
Risma juga memaparkan, cukup banyak perhatian pemerintah kota semasa kepemimpinanya dalam menanamkan nilai kejuangan dan pembangunan karakter.
“Kita mempunyai program sekolah kebangsaan, heroik track, parade juang dan kegiatan lain yang tujuannya menanamkan nasionalsme kepada anak didik kita,” terangnya.
Mantan kepala Bappeko Surabaya ini menegaskan, dengan mengetahui sejarah, kalangan generasi muda memiliki jiwa kebangsaan yang kuat dalam menghadapi masuknya berbagai budaya asing di era global. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS