MOJOKERTO – Ngabuburit pada Sabtu (26/5/2018) kemarin penuh nuansa sejarah bagi Puti Guntur Soekarno. Bersama putrinya, Rakyan Ratri Syandriasari Kameron, Cawagub Jawa Timur itu menunggu waktu buka puasa, dengan mengunjungi situs-situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit.
Begitu masuk wilayah Mojokerto, Puti Guntur menuju petilasan Watu Ombo, salah satu salah satu situs kuno peninggalan kerajaan Majapahit. Konon, di situs yang terletak di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko ini dulu kerap digunakan untuk semedi tokoh-tokoh kerajaan Majapahit untuk meminta petunjuk dari Yang Maha Esa.
Salah satunya yakni Ratu Majapahit, Tribuana Tunggadewi, ratu ketiga. Dia merupakan putri dari permaisuri Gayatri istri Raden Wijaya dan ibu dari Prabu Hayam Wuruk.
Dari Klinterejo, Puti kembali menyusuri jalan-jalan desa dan persawahan menuju ke titik situs berikutnya, yakni Petilasan Prabu Hayam Wuruk di Dusun/Desa Panggih, Trowulan. Situs yang satu ini biasa disebut warga sekitar dengan Reco Banteng (Arca Banteng)
Di tempat ini, dulunya menjadi tempat bertapa Raja Hayam Wuruk. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Situs berikutnya yang disambangi Puti Guntur Soekarno, yakni kolam Segaran di Desa/Kecamatan Trowulan. Saat menuju kolam Segaran, Puti dan rombongan sempat mampir ke Candi Brahu dan patung Budha Tidur di Desa Bejijong.
Puti mengatakan, dari situs-situs peninggalan Majapahit bisa dilihat betapa tingginya peradaban bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. “Sekarang, ini menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaganya,” kata Puti, saat di Pendopo Agung Trowulan.

Cucu sang proklamator pemersatu bangsa, Soekarno ini menyebutkan, simbol-simbol Indonesia seperti Bhinneka Tunggal Ika, maupun nilai-nilai yang dikandung Pancasila. sebenarnya itu sudah ada sejak dahulu kala, sejak zaman Majapahit.
“Itu sudah tertulis dalam kitab Negara Kertagama. Ini yang harus kita pegang bersama. Seperti yang disampaikan Bung Karno, bahwa masa lalu itu sebagai kaca benggala masa depan,” ujarnya.
Sambil nunggu buka puasa, kata Puti, dirinya senagaj melihat situs-situs kerajaan Majapahit. Menurutnya, hal ini juga sesuai dengan yang selalu dikatakan Bung Karno, yakni Jas Merah. “Jangan Sekali-kali meninggalkan sejarah,” ucap Puti.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tambah Puti, adalah anugerah terbesar dari Allah SWT untuk bangsa Indonesia.
Dia juga mengajak generasi muda era millenial sekarang ini agar tidak lupa, bahwa peradaban Indonesia sudah ada sejak dahulu kala.
Sejak Majapahit, imbuh Puti, telah ditancapkan satu cita-cita besar, berupa Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada, Mahapatih Kerajaan Majapahit. Sumpah yang intinya tidak akan berhenti berpuasa sebelum bisa menyautkan Nusantara.
“Dan benang merah itu kemudian ditarik oleh Bung Karno, dalam satu bentuk ketatanegaraan, yakni NKRI,” tutur Puti. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS