SURABAYA – Wartawan senior dan politisi senior PDI Perjuangan, Panda Nababan, meluncurkan buku perjalanan hidupnya, “Panda Nababan: Lahir Sebagai Petarung.” Peluncuran buku secara virtual yang dihadiri oleh ratusan rekan dan kader PDI Perjuangan tersebut, membicarakan sepak terjang Panda Nababan dalam dunia jurnalistik dan keikut-sertaannya mendirikan PDI Perjuangan.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Diana Amaliyah Verawatiningsih, yang turut hadir dalam webinar tersebut memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas peluncuran buku Panda Nababan. Bagi Diana Sasa, panggilan akrabnya, buku Panda Nababan tidak sekadar merekam perjalanan pribadinya. Lebih dari, buku itu akan menjadi kapak es bagi kejumudan zamannya.
“Para kader dan pengurus PDI Perjuangan harus baca buku Bang Panda Nababan ini, terutama generasi muda, biar mereka tahu bagaimana PDI Perjuangan lahir? Bagaimana PDI Perjuangan tumbuh dan besar bersama wong cilik? Nilai-nilai apa yang membuat PDI Perjuangan begitu kokoh dan kukuh sebagai partai nasionalis di tengah masyarakat?” ujar Diana Sasa, Selasa (9/11/2021).
Anggota Komisi A DPRD Jatim ini juga menjelaskan peranan buku bagi pembangunan peradaban. Kehadiran buku, jelas Diana Sasa, selalu merangkum capaian-capaian suatu masyarakat dalam suatu masa.
“Penulis itu subjek kolektif. Segala yang dituangkannya, selalu memendam semangat dan capaian zamannya. Taruhlah, buku Bang Panda Nababan. Sekali lagi, kita bisa melihat satu fase bangsa ini mengalami masa-masa gelap di era Orde Baru, lalu muncul Ibu Megawati Soekarnoputri yang berjuang untuk melahirkan demokrasi dengcan cara-cara konstitusional,” terangnya.
Diana Sasa juga berharap, teladan yang diberikan oleh Panda Nababan dapat menginspirasi seluruh pengurus dan kader PDI Perjuangan untuk menuliskan segala perjalanan hidupnya dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Saya berharap, para pengurus dan kader PDI Perjuangan menuliskan apa yang telah mereka kerjakan. Apa yang telah mereka perjuangkan. Sehingga gerak Partai akan berjalan dinamis dan menuju ke arah peradaban politik. Dan buat generasi yang akan datang, kita akan meninggalkan catatan-catatan untuk pelajaran bagi perjalanan mereka selanjutnya,” terangnya.
Pemilik perpustakaan Dbuku itu juga mencontohkan, bagaimana buku menjadi sumber inspirasi untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan mengutip “Di Bawah Bendera Revolusi”, Diana Sasa mencontohkan, bagaimana kehadiran Bung Karno telah menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.
“Kita mengenal Bung Karno bukan sekadar Bapak Proklamator. Dengan ‘Di Bawah Bendera Revolusi’-nya, kita jadi tahu gagasan-gagasan Bung Karno untuk bangsa ini. Dengan ‘Di Bawah Bendera Revolusi’-nya, anak-anak muda zaman sekarang jadi paham kegigihan dan komitmen Bung Karno untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang maju. Bukan bangsa kuli,” tandasnya.
Selain Panda Nababan, hadir dalam acara webinar yang berlangsung sekitar 3 jam itu beberapa tokoh PDI Perjuangan, di antaranya Adi Sutarwijono, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya sekaligus Ketua DPRD Kota Surabaya, Wakil Ketua DPN Peradi, Syaiful Ma’arif, Dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Unair, Hari Fitrianto, Guru Besar Hukum Bisnis UGM, Nindyo Pramono, dan Advokat Rudy Santoso. (set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS