Selasa
20 Mei 2025 | 10 : 22

Pakai Sepatu Beda Warna, Diana Sasa Ajak Guru TK Sebarkan Toleransi

pdip-jatim-220313-sasa-wasbang-1

MAGETAN – Pagi itu Diana Sasa tampil kasual. Out fit terusan oversize hitam dipadu dengan outer blazer putih yang dia kenakan, nampak serasi.

Yang menarik, anggota DPRD Provinsi Jatim ini nampak mengenakan sneakers berbeda warna, kaki kiri pink dan kaki kanan putih. Bukan tanpa sengaja, Diana sedang mengampanyekan ajakan sikap menghargai perbedaan manusia (human diversity) ala Dr. Arlene Kaiser.

“Saya sengaja pakai sepatu berbeda warna hari ini. Supaya selaras dengan tema pertemuan kita yang akan membahas sikap toleransi pada anak. Karena akar dari sikap toleran adalah kemauan dan kesediaan untuk menghargai perbedaan,” beber Diana.

Hal itu dia ungkapkan di depan seratusan guru TK se-Magetan dalam acara sosialisasi Wawasan Kebangsaan bertema “Mewaspadai Infiltrasi dan Propaganda Kelompok Intoleran pada Dunia Pendidikan” di Padimas Resto, Randugede, Plaosan, Magetan, Minggu (13/3/2022) .

Baca juga: Jalan Tani di Desanya Dimakadam, Ini Doa Warga Balerejo untuk Diana Sasa

Pemilik nama lengkap Diana Amaliyah Verawatiningsih ini mengaku prihatin melihat beberapa video viral di internet yang menampilkan anak-anak membawa simbol agama dan melontarkan ujaran kebencian.

“Saya bahkan melihat sendiri di sekitar saya, ada anak yang merundung temannya yang berbeda agama. Ini tentu salah. Sebagai orangtua dan guru, ini jadi PR kita bersama untuk mengajarkan sikap toleran kepada anak-anak baik di rumah maupun di sekolah,” kata mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.

Menurut Diana Sasa mengajarkan toleransi pada anak usia dini bisa dimulai dari menumbuhkan kecintaan pada tanah air dan bangsa.

“Mari kita biasakan ajak anak didik saat berdoa juga mensyukuri nikmat lahir di Indonesia, nikmat menjadi bangsa Indonesia. Tanah yang subur, air yang melimpah, udara yang segar, ini semua patut disyukuri. Coba jika kita lahir di Arab atau di Amerika, mungkin kita tak tahu nikmatnya tempe goreng yang ditanam dari bumi Indonesia,” selorohnya sambil tersenyum.

“Dulu, semoga sekarang sudah tidak ada lagi, di Magetan ada sekolah yang tidak mau melaksanakan upacara bendera. Ini bukan saja bertentangan dengan nilai Pancasila, kebangsaan, tapi lebih dari itu tidak bersyukur karena lahir dan hidup di Indonesia yang gemah ripah loh jinawi,” jelas dia.

Keragaman hayati, flora dan fauna, ribuan suku, bermacam agama dan kepercayaan, papar Diana, adalah asal mula keragaman budaya dan tradisi bangsa Indonesia.

“Sudah sejak jaman nenek moyang kita ini ditakdirkan berbeda. Dan kita juga telah diajarkan oleh para pendiri bangsa untuk menghargai perbedaan, maka kita punya semboyan “Bhineka Tunggal Ika. Mari ini kita jaga dan lestarikan dengan mengajarkan pada anak-anak kita, sikap menghargai perbedaan, sikap toleran pada sesama,” ajak Diana.

Kader Banteng ini pun menekankan tanggung jawab para pendidik untuk terus mencegah dan memantau perkembangan sikap intoleransi dalam proses pembelajaran, terutama di jenjang pendidikan usia dini.

Sementara itu, Kapolsek Takeran, AKP Endro Warsito yang juga menjadi pembicara dalam acara ini, mengatakan sikap-sikap intoleransi masuk ke anak-anak melalui perangkat digital.

“Dulu, di rumah HP cuma satu atau dua untuk orang tua saja. Sekarang, anak-anak sudah dibekali HP. Nah, hasutan, ujaran kebencian, dan hoax itu masuk melalui gawai yang dipakai anak-anak kita,” jelasnya.

Akibatnya, kata Endro, di era perkembangan masyarakat digital (digital society), risiko anak-anak terpapar sikap intoleransi dan radikalisme makin besar.

Endro mengatakan ujaran kebencian, hoax diproduksi dengan sistematis. Biasanya hal itu dibuat menjelang pemilu.

“Kalau kita berkaca pada pemilu 2014, ujaran kebencian atau hoax yang disebar melalui medsos oleh kelompok tertentu sebenarnya sudah disiapkan 10 tahun sebelumnya,” beber Endro.

Dia berpesan agar para pendidik menjaga anak-anak dari pengaruh intoleransi, ujaran kebencian, dan hoax yang masuk melalui aplikasi perpesanan, dan channel youtube yang juga mudah ditonton bebas oleh anak-anak.

“Harus ditumbuhkembangkan literasi informasi anak sejak dini agar tidak mudah terjerumus pengaruh negatif teknologi informasi dan internet,” pungkasnya. (dav)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Silaturahmi dengan Mahasiswa BIB, Ini Pesan Ketua DPRD Sumenep

SUMENEP – Ketua DPRD Sumenep, H. Zainal Arifin, meminta para mahasiswa asal Sumenep yang berada di luar daerah ...
KRONIK

Banyuwangi Surplus Hewan Kurban untuk Iduladha, Pasok Berbagai Daerah di Indonesia

BANYUWANGI – Menjelang Hari Raya Iduladha 2025, ketersediaan hewan kurban di Banyuwangi melebihi kebutuhan ...
LEGISLATIF

DPRD Berharap Kasus Dugaan Korupsi di Perumda Panglungan Segera Dituntaskan

JOMBANG – Kalangan DPRD Kabupaten Jombang mendorong pihak kejaksaan segera menuntaskan penyidikan kasus dugaan ...
LEGISLATIF

Suyatno Dorong Generasi Muda Masuk Kepengurusan Koperasi Merah Putih

MAGETAN – Wakil Ketua DPRD Magetan, Suyatno memberi penekanan kepada calon pengurus koperasi Merah Putih ke depan ...
MILANGKORI

Apresiasi Kirab Budaya Wisata Gogoniti, Erma Dorong Masyarakat Kembangkan Potensi Wisata Desa

BLITAR – Suasana Desa Kemirigede, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar pada Minggu (18/5/2025) mendadak ramai. ...
KRONIK

Ganjar Tekankan Pentingnya Loyalitas Kepala Daerah dari Banteng Terhadap Partai

JAKARTA – Ketua DPP PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menekankan pentingnya loyalitas kepala daerah terhadap partai ...