SURABAYA – Panitia Khusus (Pansus) DPRD Surabaya untuk pembentukan Perseroan Terbatas (PT) Yekape sebagai perusahaan perseroan daerah (Perseroda) terus menggeber pembahasan terkait upaya-upaya transformatif.
Langkah pansus ini untuk mendorong lompatan-lompatan baru bagi perusahaan properti tersebut melalui perubahan kelembagaan.
“Kami terus melakukan pembahasan strategis terkait model kelembagaan, ruang-ruang bagi perseroan untuk melakukan ekspansi bisnis, dan keberlanjutan bisnis sebagai perusahaan properti yang diharapkan mampu kompetitif dalam industri properti yang dipenuhi pemain-pemain raksasa,” ujar Ketua Pansus Yekape, Eri Irawan, dilansir dari SuaraMerdeka, Jumat (13/12/2024).
Menurut legislator PDI Perjuangan ini, Yekape sendiri merupakan perusahaan properti yang 100 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Yekape memiliki cadangan tanah sekitar 200 hektare yang berada di Surabaya dan Gresik.
Eri menyoroti kinerja Yekape yang tidak mampu agresif berekspansi. Yekape belum mampu menerjemahkan dan memenuhi ekspektasi Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi sebagai representasi pemegang saham utama perusahaan tersebut yang menginginkan Yekape menjadi BUMD dengan kerja yang inovatif dan mampu membukukan pertumbuhan signifikan.
”Kami membedah beberapa hal teknis, termasuk target-target Yekape yang sangat konservatif, sumber pendapatan yang tidak terdiversifikasi dengan baik, dan pergerakan investasi yang lambat,” jelas Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya tersebut.
“Kami juga mengkhawatirkan beban usaha perseroan yang terus meningkat, sehingga secara jangka pendek, menengah, bahkan panjang diproyeksikan menggerus marjin laba bersih perusahaan,” sambung dia.
Eri mencontohkan target konservatif yang hanya mematok pembangunan 775 rumah selama lima tahun sejak 2022-2027, yang berarti hanya 155 rumah per tahun. Padahal, potensi pasar di Surabaya sangat besar.
Secara khusus Eri menyarankan Yekape untuk ‘meniru’ PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), salah satu perusahaan di mana Pemkot Surabaya juga memiliki saham di dalamnya. Sebab, karakteristik SIER dan Yekape relatif sama, yang membedakan hanya segmen pasar.
“SIER bermain di properti industri, sedangkan Yekape pada properti residensial. Meskipun karakteristik bisnisnya sama, ternyata pola yang dilakukan SIER berbeda. Sehingga berbagai indikator kinerja menunjukkan SIER jauh lebih progresif dibanding Yekape, meskipun skalanya tidak bisa dibandingkan secara apple to apple,” jelas Eri.
Dia mencermati beberapa hal yang perlu ditiru Yekape dari PT SIER. Di antaranya soal kemampuan PT SIER mengombinasikan antara pendapatan utama berupa sewa dan pengelolaan lahan industri, layanan utilitas seperti pengelolaan air bersih, pengelolaan limbah, jasa logistik, dan optimalisasi aset berupa SPBU.
”Kalau kemudian kita tarik benang merah, maka ada tiga aspek penting yang harus dicermati Yekape agar kinerjanya semakin agresif dan berkelanjutan, dan ini bisa kita rujuk pada pengalaman PT SIER,” jelas Eri.
Pertama, paparnya, pendapatan Yekape sangat terbatas, dikarenakan hampir semuanya bergantung pada penjualan properti residensial yang rentan pada fluktuasi pasar yang sangat dipengaruhi situasi perekonomian.
Hal ini berbeda dengan SIER yang mampu membangun ekosistem bisnis terintegrasi, dalam arti banyak sekali diversifikasi bisnis yang dikembangkan untuk menunjang bisnis utamanya.
“Bahkan bisnis non-inti PT SIER sudah menunjang sekitar 50% dari total pendapatannya,” ungkapnya.
Aspek kedua, lanjut Eri, adalah kemampuan melakukan optimalisasi aset. Sebab, Yekape memiliki aset yang bisa dioptimalkan menjadi punya nilai ekonomis lebih tinggi, tapi belum dimaksimalkan secara strategis.
“Hal ini karena manajemen belum memiliki pemahaman paradigma bisnis properti modern yang tidak hanya jualan rumah, tapi seharusnya mampu membentuk ekosistem bisnis di lahan yang dikembangkannya,” sebut Eri.
Aspek ketiga adalah efisiensi operasional. Yekape dia nilai belum mampu menjaga pertumbuhan laba dengan melakukan monitoring ketat terhadap beban usaha. Dengan kata lain, efisiensi operasionalnya belum ideal.
“Kas operasi perusahaan terus menunjukkan penurunan, yang dalam rapat kami soroti agar menjadi perhatian, terutama terkait dengan peningkatan beban perusahaan. Kenaikan beban telah menggerus marjin laba bersih perusahaan,” ujarnya.
“Seandainya Yekape bisa menjual setahun misalnya 300 rumah saja, maka persentase beban administrasi dan umumnya dibanding pendapatan usaha pasti tidak sebesar sekarang karena fixed cost-nya kan sama,” imbuh Eri.
Dirinya berharap Yekape belajar dari keberhasilan SIER mendiversifikasi pendapatan, mengoptimalkan potensi aset, dan memperkuat efisiensi operasional.
“Dengan strategi yang tepat, seperti optimalisasi bisnis utilitas dan pengembangan aset strategis, kami yakin Yekape dapat memperkuat posisinya sebagai perusahaan properti yang kompetitif sesuai harapan Wali Kota Eri Cahyadi,” pungkasnya. (nia/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS