SURABAYA – Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Ony Setiawan, mendorong penguatan petani gurem melalui kebijakan integrasi pertanian dan peternakan.
Hal ini dia sampaikan dalam momentum peringatan Hari Tani Nasional 2025, sebagai respons terhadap berbagai persoalan yang masih dihadapi petani kecil di Jawa Timur.
Menurut Ony, mayoritas petani di Jawa Timur tergolong sebagai petani gurem, yaitu petani yang menggarap lahan kurang dari 0,5 hektare.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 60 persen dari total 4,6 juta rumah tangga pertanian di Jawa Timur termasuk dalam kategori tersebut.
“Petani gurem menghadapi banyak keterbatasan, mulai dari akses lahan, permodalan, hingga harga jual hasil panen yang tidak stabil. Karena itu, kami menilai integrasi antara pertanian dan peternakan perlu didorong untuk meningkatkan pendapatan mereka,” kata Ony, Rabu (24/9/2025).
Konsep integrasi ini, sebut Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim tersebut, memungkinkan petani memanfaatkan lahan secara lebih efisien.

Limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan ternak, sementara limbah peternakan diolah menjadi pupuk organik. Pola ini dinilai mampu menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Ony menilai, integrasi pertanian dan peternakan bukan hal baru, namun implementasinya masih belum optimal. Dia mendorong Pemprov Jatim dan pemerintah kabupaten/kota agar menjadikan program ini sebagai prioritas dengan dukungan anggaran dan pendampingan teknis yang memadai.
“Kalau petani gurem hanya mengandalkan panen padi atau jagung, jelas penghasilannya tidak cukup. Tapi jika ditambah peternakan kecil seperti ayam, kambing, atau sapi, ada tambahan penghasilan yang bisa meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga,” ujarnya.
Selain itu, Ony juga menekankan pentingnya peran BUMD pangan dalam membantu pemasaran produk petani. Dia menyebut, anjloknya harga saat panen raya masih menjadi persoalan serius yang merugikan petani gurem.
Legislator dari dapil Bojonegoro-Tuban ini pun mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam pemasaran dan distribusi hasil tani. Juga kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghadirkan inovasi teknologi tepat guna di sektor pertanian.
“Ini bukan sekadar wacana. Pemerintah daerah harus serius mengalokasikan anggaran untuk penguatan petani gurem melalui model usaha tani yang berkelanjutan,” pungkas Ony. (yols/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS