JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, menyoroti paparan pemerintah terkait pengembangan ekonomi kreatif (ekraf) yang dinilai masih bersifat umum dan belum menyentuh aspek strategis, khususnya dalam menarik investasi.
“Saya mengapresiasi adanya talenta-talenta ekraf yang luar biasa dan sentra ekraf yang berkembang. Namun, dari semua paparan ini, saya melihat hanya sekadar gambaran dari atas ke bawah. Bagaimana dengan anggarannya? Apakah cukup? Dana ekraf ini diambil dari pos anggaran mana?” kata Novita dalam rapat kerja bersama Menteri Ekonomi Kreatif di Senayan, Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Lebih lanjut, legislator perempuan satu-satunya dari Dapil 7 Jawa Timur ini juga menyoroti lemahnya strategi pemerintah dalam menarik investor untuk mendukung industri ekraf di Indonesia.
Dia mencontohkan bahwa hampir 90% pelaku ekraf di Indonesia, khususnya kreator konten, menggunakan platform TikTok. Namun, TikTok justru batal berinvestasi di Indonesia.

“TikTok batal berinvestasi di Indonesia dengan berbagai alasan, salah satunya karena isu keamanan, termasuk premanisme dan ormas yang sering mengganggu event-event kreatif di Indonesia,” sebutnya.
“Seharusnya, dalam paparan menteri ekonomi kreatif, disampaikan langkah konkret apa yang akan dilakukan pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor ekraf,” sambung Novita.
Politisi PDI Perjuangan itupun berharap pemerintah tidak hanya fokus pada pertumbuhan talenta ekraf, tapi juga menyiapkan strategi jelas dalam menciptakan ekosistem investasi kondusif.
“Jika kita ingin ekonomi kreatif berkembang pesat, maka kita harus menjamin keamanan dan stabilitas investasi. Tanpa itu, investor akan terus ragu menanamkan modalnya di Indonesia,” tutupnya. (red)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS