TRENGGALEK – Anggota DPR RI Komisi VII, Novita Hardini, mendorong pemerintah pusat menetapkan kesenian Jaranan Turonggo Yakso asal Kabupaten Trenggalek sebagai warisan budaya takbenda.
Dorongan itu dia sampaikan dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Pariwisata bersama Kementerian Pariwisata di Kecamatan Panggul, Sabtu (12/4/2025).
Perempuan yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek tersebut menilai, Jaranan Turonggo Yakso memiliki nilai filosofis dan potensi budaya yang layak dilestarikan secara nasional. Politisi PDI Perjuangan ini khawatir kesenian tersebut diklaim negara lain, seperti yang pernah terjadi pada batik.
“Saya berharap Jaranan Turonggo Yakso kita bisa dilirik oleh Kementerian Pariwisata. Karena kita tahu jaranan ini sudah disuarakan dan dipertunjukkan di ranah global. Salah satunya di Korea dengan jogetannya Oppan Gangnam Style,” ujar Novita usai membuka kegiatan Bimtek.

Legislator PDI Perjuangan itu juga menyebutkan, kesenian ini pernah ditampilkan di Finlandia. Menurutnya, keberadaan Jaranan Turonggo Yakso di berbagai negara harus menjadi perhatian serius pemerintah agar tidak kehilangan identitas budaya.
“Kemudian di Finlandia juga ada, dengan membawa jaranan juga. Jangan sampai seperti keadaan batik yang diklaim Malaysia. Maka ini harus segera diperjuangkan oleh pemerintah Indonesia,” bebernya.
“Di wilayah pesisir ini, di wilayah Mataraman, kita punya Jaranan Turonggo Yakso yang tidak kalah filosofis dan menarik daripada Reog Ponorogo,” sambung Novita.
Jaranan Turonggo Yakso, lanjutnya, memiliki makna mendalam. “Turonggo” berarti kuda sebagai lambang kekuatan dan keberanian, sedangkan “Yakso” berarti buto atau raksasa yang menggambarkan sifat angkara murka.

Menurutnya, kesenian ini dapat menjadi simbol perjuangan melawan sisi gelap dalam diri manusia.
“Ini harus menjadi satu gerakan, bahwa ini media edukasi bagi anak-anak Gen-C. Karena kalau tidak diedukasi mulai dari keseniannya, maka Gen-C mungkin bisa pintar dari sisi akademis, tapi dari segi moral dan sebagainya sedikit kosong karena orang tuanya ada mis-education di sini,” tuturnya.
Dia berharap pemerintah dapat mengawal pendidikan seni dan budaya sejak usia dini agar generasi muda mengenal dan bangga terhadap warisan budaya Indonesia.
“Maka saya minta pemerintah Indonesia mengawal betul pendidikan pada anak-anak usia dini. Dikenalkan kesenian-kesenian kita dan kita harus bangga ini lahir dari Indonesia dan disuarakan di kancah dunia,” pungkas Novita. (aris/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS