Kamis
10 Juli 2025 | 11 : 34

Mustikarasa, Mestika Daulat Kita

PDIP-Jatim-Set-Wahedi-10112024

TARI Gambyong dari Sanggar Sidomuni Kota Blitar menyambut senja yang luruh di halaman Istana Gebang dan segenap tamu undangan dari berbagai pelosok di Indonesia. Tari yang menandai permulaan acara Gala Senja Mustikarasa, Menjaga Cahaya Warisan di Ujung Senja, pada Jumat (20/6/2025) sore itu. Acara yang menyuguhkan nostalgia akan riwayat, jejak dan gagasan Ir. Soekarno (Bung Karno) yang menginspirasi, terutama pentingnya pangan bagi suatu bangsa.

Tokoh-tokoh yang hadir pun dari berbagai penjuru daerah. Di antaranya, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Budi Sulistyono, Romy Soekarno, MH Said Abdullah, Sri Untari Bisowarno, Deni Wicaksono, Eri Cahyadi, Wakil Bupati Sleman, budayawan, seniman, aktivis mahasiswa, dan para pecinta Bung Karno.

Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, selaku tuan rumah, menyambut para tamu undangan dengan senyum sumringah. Ia memaparkan berbagai kegiatan yang telah digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar untuk mengenang jasa dan jejak perjuangan Bung Karno, seperti Grebeg Pancasila, Bazar Jadoel, kenduri 5000 tumpeng dan Selametan Akbar Haul Bung Karno.

“Kita semua sebagai pecinta Bung Karno, pengagum Bung Karno, pengin melihat Bung Karno pada waktu kecil dan bapak ibu beliau bertempat tinggal di sini (Istana Gebang). Kami ingin menggugah rasa, menggugah ingatan kita semua pada beliau saat masih di sini,” ujarnya.

Musik campur sari dengan sinden Silvi Kumalasari menambah kesyahduan suasana. Sore itu, senja tidak lagi bertutur tentang rona muram atau lembayung awan kelabu. Gala Senja telah menjadi pertemuan sekaligus perjamuan yang hangat, yang membicarakan banyak hal tentang Bung Karno. Sementara hidangan di sekitar area perjamuan, seperti ingin mengilustrasikan cara pandang Bung Karno tentang meja makan sebagai ‘panggung pertunjukan’ atau diplomasi.

Sore itu, Gala Senja juga seperti ingin menghadirkan sisi-sisi lain Istana Gebang: foto-foto bersejarah Bung Karno, mesin tik tua merk Royal, kursi goyang untuk melepas lelah, deretan kursi-meja untuk menyambut tamu, dan halaman belakang rumah yang syahdu. Yang semuanya itu, menempa dan mengisi hari-hari masa kecil Bung Karno.

Sore itu, Gala Senja benar-benar memastikan, Istana Gebang adalah petilasan sejarah bangsa ini. Di Istana Gebanglah, gagasan besar Bung Karno ditempa. Di Istana Gebanglah, tumbuh dan berkembang mimpi dan harapan Bung Karno akan pentingnya pangan sebagai kunci bagi hidup-mati suatu bangsa. Di Istaga Gebanglah, keinginan untuk membukukan ribuan resep masakan bermula.

Ya, pada Gala Senja itu, semua yang hadir seperti ingin melihat, ingin menyadari, dan ingin memahami, bahwa buku Mustikarasa bukan sekadar buku resep masakan warisan Bung Karno, bukan sekadar kumpulan tata cara mengolah beras menjadi nasi, menjadi lontong, menjadi soto, atau hal-ihwal mengolah dan menghidangkan ubi-ubian di meja permajuan. Lebih dari itu, buku Mustikarasa telah menjadi resep bagi kita untuk bisa mengolah dan mencintai kekayaan kita, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pokok kita.

Kecuali itu, buku Mustikarasa juga mengonfirmasi betapa kaya dan berlimpahnya modal ketahanan pangan kita. Setiap daerah memiliki ‘resep’ makanan, setiap daerah memiliki kearifan lokal di meja makan. Karena itu pula, makanan seharusnya menjadi modal kita mengenal dan memperkenalkan identitas kita. Singkatnya, kita perlu politik pangan yang lebih holistik.

JJ Rizal, seorang sejarawan Indonesia, dalam pengantarnya di Mustikarasa, menegaskan bahwa ketakmampuan kita mengelola kepulauan dan laut dengan segala potensinya menjadi alasan utama Bung Karno melakukan politik pangan. Pertama, Bung Karno melakukan pembenahan data produksi serta persediaan bahan makanan nasional yang lebih serius. Kedua, Bung Karno berupaya mengenalkan macam bahan makanan dan pengolahannya. Tujuannya, kita bisa percaya pada kekuatan sendiri.

“Insyaa Allah nanti tanggal 17 Agustus yang akan datang, saja ingin memproklamirkan Indonesia selfsupporting di lapangan pangan. Sedjak 17 Agustus 1964, kita tidak akan import satu butir beras,” ujar Bung Karno dengan lugas dan tegas. Dengan kata lain, Bung Karno menginginkan negara bangsa ini mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya: pangan.

Maka, tidak berlebihan pula, bahwa meja makan adalah potret kedaulatan kita, suasana kemandirian kita, dan komitmen kita dalam mewujudkan kesejahteraan. Jika menu yang tersaji adalah masakan dari hasil bumi sendiri, kita bisa mengucap ‘alhamdulillah’ tanpa rasa was-was bahwa impor kita lebih besar dari ekspor kita. Pun sebaliknya, jika yang kita santap adalah produk dari negeri seberang, kita pantas dredek: jangan-jangan, jika negara pemasok terlibat perang, meja makan kita akan kosong melompong.

Karena itu, di sela Gala Senja, Ganjar Pranowo mengingatkan kita, bahwa Bung Karno membicarakan pangan secara serius. Bung Karno mencatat resep masakan-masakan Nusantara. “Artinya apa, kita itu sangat kaya dengan kuliner, dan pasti ada sumber pangannya,” terang Ganjar.

Artinya apa? Jika kita ingin berdaulat, berdikari dan berkepribadian, kita harus memastikan menu di meja makan kita benar-benar kita olah dari hasil bumi kita sendiri. Tabik!

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Event Ponorogo Rikolo Semono, Upaya Kota Reog Jadi UCCN

PONOROGO – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, secara resmi membuka event “Ponorogo Rikolo Semono 2” di Alun-alun ...
KRONIK

KH. Mujtaba dan Wahyudi Temui Kapolres Sumenep, Bahas Ancaman Narkoba di Kangean

SUMENEP – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kangean, KH. M. Mujtaba, bersama anggota Fraksi PDI ...
LEGISLATIF

Halte TransJatim Kembali Dirusak, Dewanti Tegaskan Pentingnya Perlindungan Fasilitas Publik

SURABAYA – Aksi perusakan halte bus TransJatim kembali terjadi dan memantik keprihatinan mendalam dari kalangan ...
SEMENTARA ITU...

Narada Farm, Kebun Melon yang Membuat Mbak Nia Kepincut

SUMENEP – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, Nia Kurnia Fauzi, melakukan kunjungan ke kebun melon ...
EKSEKUTIF

Warga Gresik Taat Pajak dapat Hadiah Sepeda Motor hingga Umrah

GRESIK – Pemerintah Kabupaten Gresik memberikan apresiasi kepada para wajib pajak kendaraan bermotor dan restoran. ...
LEGISLATIF

Hutan Bojonegoro Dikelola Rakyat Capai 35.000 Hektar, Minim Infrastruktur

BOJONEGORO – Pembangunan infrastruktur di kawasan hutan mutlak diperlukan untuk mengentas kemiskinan warga ...