MEMPERINGATI Hari Museum Nasional yang jatuh pada hari ini, Kamis (12/10/2023), redaksi menurunkan tulisan seputar museum Bung Karno di Kota Blitar.
Museum Bung Karno di Blitar satu dari sekian museum yang ada di negeri ini. Seperti museum-museum lainnya, ide pembangunan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran, pengetahuan khususnya terkait kesejarahan, termasuk sarana rekreasi bagi masyarakat.
Terpenting, museum sebagai sarana melestarikan budaya, identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Ihwal ini juga melekat dalam wacana pendirian museum Bung Karno di Blitar seperti.
Siapa sangka, wacana dicetuskan kiai terkemuka Nahdlatul Ulama. Beliau adalah KH Jusuf Hasjim, Rais Am Pengurus Besar NU seperti dikutip dari majalah Tempo.
“Taruh saja benda-benda milik Bung Karno yang sederhana, agar generasi muda dapat becermin pada kesederhanaan Bung Karno. Percuma, generasi sekarang dinasehati tapi tanpa contoh,” ujar KH Jusuf Hasjim dalam ceramahnya pada acara peringatan meninggalnya Bung Karno yang ke-20 di Blitar, (21/6/1990).
Gagasan itu baru serius digarap 10 tahun kemudian, saat Djarot Saiful Hidayat menjadi Walikota Blitar 2000-2005. Kala itu, warga Blitar, akademisi, para pengagum Bung Karno, dan banyak pihak lain menyambut baik rencana pembangunan museum.
Tanah Hibah Perwira PETA
Kabar rencana pembangunan museum Bung Karno mendorong partisipasi aktif berbagai kalangan, termasuk Pamoe Rahardjo. Beliau menjadi ajudan Presiden Sukarno dari tahun 1946 sampai 1948, salah satu perwira Pembela Tanah Air (PETA).
Tak tanggung-tanggung, Pamoe Rahardjo menghibahkan tanahnya seluas 4.000 meter persegi kepada Pemerintah Kota Blitar untuk menyokong terwudujudnya rencana itu.
Tanah berlokasi di Kelurahan Bendogerit Kecamatan Sananwetan, tepat di samping kompleks makam Bung Karno. Dulunya, tanah tersebut dibeli Pamoe Rahardjo sepetak demi sepetak untuk tujuan yang sama.

Peletakan batu pertama pembangunan museum Bung Karno dilakukan pada 26 Agustus 2003. Untuk keperluan desain, diserahkan kepada dua arsitek ITB, Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjo.
Djarot Saiful Hidayat dalam pengantar buku Perpustakaan Kepresidenan Bung Karno (2010) menyebut, dipilihnya arsitek ITB merupakan hasil pertimbangan kesejarahan. Dimana Bung karno adalah alumni pertama jurusan arsitek ITB dan mendapatkan Doctor Honoris Causa di sana.
Ada Apa Saja?
Museum terletak di kompleks makam Bung Karno ini menyuguhkan berbagai koleksi benda-benda sejarah. Dintaranya memorabilia atau koleksi non buku seperti foto, lukisan, baju, uang, senjata dan kotak peti pakaian milik Bung Karno.
Lukisan Bung Karno yang menyambut pengunjung setelah pintu masuk, menjadi daya tarik tersendiri. Lukisan Bung Karno tersebut, pada bagian dadanya berdenyut seperti menjadi kontroversi di kalangan masyarakat yang pernah mengunjungi museum. (ftr/hs)
Artikel ditulis oleh Fathir dalam program magang jurnalistik kehumasan di Unit Media DPD PDI Perjuangan Jatim.
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS