JEJU – Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengajak seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia, untuk menerapkan semangat yang terkandung dalam lima butir Pancasila.
Penerapan nilai-nilai Pancasila ini untuk menyelesaikan bermacam persoalan yang kini terjadi di dunia.
Megawati menyebutkan, Pancasila adalah pemandu secara spiritual, politik, ekonomi, dan lain-lain.
“Pancasila dapat diimplementasikan secara internasional untuk mencari solusi kehidupan bersama,” kata Megawati, di depan ratusan orang perwakilan 70 negara di Jeju Forum for Peace and Prosperity yang digelar di International Convention Center, Jeju, Korea Selatan, Kamis (1/6/2017).
Megawati mengatakan, melalui pidato Presiden Soekarno 1 Juni 1945, Pancasila pertama kali lahir. Dalam gagasan Soekarno, Pancasila berarti lima prinsipal yang menjadi dasar Republik Indonesia.
Pertama, kata Megawati, percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan dapat dilakukan dengan saling menghormati satu sama lain.
Kedua, kemanusiaan yang berkeadilan. Melalui prinsip kedua ini Indonesia berkomitmen terhadap keadilan dan kesejahteraan, tidak hanya untuk rakyat Indonesia, namun juga untuk negara lain.
Ketiga, persatuan Indonesia. Hal ini, kata Mega, dapat diinterpretasikan secara internasional, di mana seluruh negara di dunia harus bersatu menciptakan perdamaian.
Keempat, diskusi dan demokrasi mufakat. Dalam konteks ini demokrasi bukan monopoli, namun milik rakyat seutuhnya.
Kelima, keadilan sosial. Keadilan sosial ini berkaitan dengan kesejahteraan sosial.
Megawati menekankan lima butir inti Pancasila itu dapat menjadi pedoman guna mewujudkan perdamaian dunia.
“Saya percaya tidak ada di antara kita yang ingin mewariskan konflik kepada generasi muda,” ujarnya.
Megawati secara khusus diminta Presiden Korsel Moon Jae-in untuk menjembatani proses reunifikasi dua Korea. Selain itu Megawati juga diminta mewakili Asia memberikan pidato di forum tahunan “The Jeju Forum for Peace and Prosperity” 31 Mei-2 Juni 2017.
Forum ini dihadiri delegasi lebih dari 70 negara terdiri dari politisi, birokrat, diplomat, akademisi, wirausaha, dan para wartawan serta perwakilan lembaga internasional. Terdapat 71 sesi pertemuan dalam forum tersebut.
Selain Megawati, Al Gore, Anibal Cavaco Silva, dan Punsalmaagin Ochirbat, sejumlah tokoh juga hadir dalam forum itu, seperti para mantan Menlu Marty Natalegawa (Indonesia), George Yeo (Singapura), Gareth Evans (Australia), dan Nyamosor Tuya (Mongolia). (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS