![](https://pdiperjuangan-jatim.com/wp-content/uploads/2018/11/pdip-jatim-megawati-pembekalan-caleg-pos-kota.jpg)
JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai, ungkapan Megawati Soekarnoputri untuk ‘pensiun’ dari posisi ketua umum tak bisa serta-merta terjadi.
Menurut Hasto selama ini Megawati selalu terpilih berdasarkan suara terbanyak. Meski Megawati sudah ingin mundur, kader partai tidak ingin menggantinya.
“Ketika kongres menghendaki beliau untuk memimpin, itu bagian dari dedikasi bagi partai dan negara. Bukan karena orang per orang, bukan karena ambisi,” jelas Hasto, kemarin.
Menurut Hasto, pada kongres berikutnya, bukan tidak mungkin Megawati akan terpilih lagi sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Masalahnya, hal ini tergantung pada kader partai di berbagai daerah untuk mencari orang lain yang bisa mendapat dukungan partai seluruhnya.
“Pandangan saya sebagai Sekjen dengan melihat tantangan-tantangan ke depan Pak Jokowi juga memerlukan pengawalan seorang pemimpin dengan pengalaman yang luas seperti Bu Mega. Dalam pandangan kami, beliau masih mendapat dukungan dan akan mendapatkan dukungan sangat kuat,” ucapnya.
Dia menampik bila kaderisasi di PDIP disebut tidak berjalan dengan baik. Menurutnya, PDI Perjuangan telah berusaha semampu mungkin untuk mendidik kader yang masih muda.
Saat ini, PDIP mempunyai kader perempuan paling banyak dan cukup banyak kader muda dengan umur di bawah 21 tahun.
“Proses kaderisasi kepemimpinan itu harus terus menerus dilakukan oleh partai. Berkaitan dengan kepemimpinan partai, kami melihat kami punya mekanisme, kami punya budaya dan tradisi kita,” tuturnya.
Saat memberikan pembekalan calon legislatif PDIP gelombang terakhir di Gedung DPP PDIP kemarin, Megawati di antaranya mengungkapkan sudah merasa sepuh dan terlalu lama sebagai ketua umum.
“Saya jadi Ketua Umum partai yang paling senior. Sudah sekian lama belum diganti-ganti, padahal saya sudah sekian lama berharap diganti, karena umur saya yang sudah plus 17 (71 tahun lebih),” ucap Megawati.
Dia juga menyinggung masih belum ada kaum perempuan yang menjadi tokoh politik andal.
“Jadi saya makin hari makin kesel pada diri saya sendiri, apa salahnya dengan saya dan perempuan Indonesia? Mengapa mereka ini tidak mau jadi tokoh politik seperti saya. Dulu waktu masa muda saya, saya sendiri tidak menyangka bahwa saya akan jadi seorang yang sekarang disebut menjadi bagian dari tokoh nasional. Disebut presiden kelima. Memang saya kalau dilihat-lihat perjalanan politik saya sudah cukup lama,” ungkap Megawati. (goek)
![](https://pdiperjuangan-jatim.com/wp-content/uploads/2024/05/channels4_banner.jpg)