NGAWI – Maraknya media sosial di era digital membuka keran masuknya budaya luar negeri ke Indonesia. Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko menyebut, masuknya budaya asing tanpa filter bisa meredupkan budaya luhur bangsa Indonesia.
Infiltrasi budaya asing ke Indonesia melalui akses informasi digital yang tidak terbatas bisa mengancam keberadaan budaya luhur bangsa Indonesia. Tidak terkecuali terhadap seni dan tradisi yang telah lama mengakar di masyarakat.
Dampak infiltrasi budaya asing membuat masyarakat kekinian lebih familiar dengan goyang Pargoy ketimbang mengenal tokoh pemawayangan. Padahal, goyang Pargoy jauh dari adat ketimuran yang dijunjung tinggi bangsa Indonesia.
Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko mengambil garis tegas agar budaya bangsa tidak terkikis budaya asing. Itu dia utarakan saat menghadiri pagelaran wayang kulit di Desa Pengkol, Kecamatan Mantingan, pada Sabtu malam (9/12/2023).
Pagelaran wayang kulit itu, dimaksudkan untuk membumikan nilai-nilai wawasan kebangsaan. Salah satunya dengan memperkuat ketahanan budaya melalui gelaran wayang kulit.
“Dengan memperkuat ketahanan budaya lokal, maka kita bisa terus melestarikan budaya asli Indonesia,” kata Wabup Antok yang juga ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi itu.
Wabup Antok merasa gusar dengan infiltrasi budaya asing yang merengsek masuk melalui akses digital. Dia bilang, budaya lokal bangsa Indonesia kini kalah pamor dan redup bagi masyarakatnya.
“Kita ingin anak cucu kita masih bisa menikmati budaya bangsa dikemudian hari. Mengingat budaya Indonesia mulai redup dengan masuknya budaya asing di Indonesia,” ujar Wabup Antok.
Pagelaran wayang kulit di Desa Pengkol menjadi salah satu upaya penguatan ketahanan budaya lokal bangsa. Upaya itu dilakukan, demi menjaga dan melestarikan budaya bangsa dari infiltrasi budaya asing melalui teknologi informasi. (amd/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS