Rabu
14 Mei 2025 | 1 : 10

Hasto: Tantangan Utama Pancasila adalah Kapitalisme

pdip-jatim-hasto-bk-180620

JAKARTA – Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan tantangan utama Pancasila saat ini adalah memastikan penerapan filsafat ideologi bangsa itu dalam kehidupan bernegara. Karena kekuatan kapital lebih menguasai dunia politik dan ekonomi.

“Dari berbagai hal yang menjadi persoalan pokok terjadi karena Pancasila kehilangan watak progresifnya,” kata Hasto, saat menjadi pembicara utama diskusi virtual memperingati Bulan Bung Karno yang digelar Megawati Institute di Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Hasto menyebut, Pancasila tidak dipahami keseluruhan api penggeraknya di dalam mengubah tata pergaulan hidup yang mengisap menuju kemerdekaan sejati bagi setiap warga bangsanya.

Oleh karena itu, kata Hasto, Indonesia harus kembali pada khitahnya atau landasan perjuangannya dengan berhenti memakai cara pandang yang sempit. “Orang Indonesia harus memiliki outward looking (pandangan luas),” ujarnya.

Dia melihat yang menjadi skala prioritas saat ini adalah menjalankan praktik gotong royong guna mempercepat terwujudnya keadilan sosial di seluruh aspek kehidupan, khususnya di ranah perekonomian sebagai skala prioritas.

“Maka, konsolidasi demokrasi melalui pembumian sistem politik Pancasila dan merancang kembali sistem perekonomian nasional yang sesuai dengan spirit Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 harus ditempatkan sebagai skala prioritas,” tambah dia.

Dalam konteks itu, lanjut Hasto, filsafat Pancasila sebaiknya secara bersama dimurnikan dengan gotong royong politik untuk menghindari demokrasi politik yang diwarnai kapital alias kepentingan pemilik modal.

“Jadi, bagaimana kita harus bekerja memastikan demokrasi melalui hikmat permusyawaratan, dijalankan sebaiknya. Kontestasi politik dilakukan dengan adil, menghadirkan pemimpin terbaik dengan memastikan tak dipengaruhi kepentingan pemilik modal,” beber Hasto.

Dia menilai tantangan saat ini adalah pemusatan modal ekonomi pada kelompok tertentu saja. Padahal, Indonesia memiliki Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 yang harusnya direalisasikan.

“Tantangannya, kita harus melihat ulang demokrasi kita sendiri yang sangat dikuasai oleh kekuatan kapital. Kita harus berani melihat ulang,” ucapnya.

Ketika bicara Pancasila dalam tindakan, imbuh Hasto, harusnya ada satu kata dan perbuatan dalam filsafat dan nilai Pancasila, yang terwujud dalam perbuatan politik.

“Bagi PDI Perjuangan, dalam konteks itu pula penguatan parpol sangat penting agar terjadinya konsolidasi demokrasi dalam spirit Pancasila supaya wajah ekonomi kita berkeadilan,” pungkasnya.

Sementara itu, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva yang juga menjadi pembicara di dalam diskusi bertema “Pancasila dalam Tindakan Politik” itu menyatakan bahwa para bapak pendiri Indonesia sudah sejak awal mendesain ideologi Pancasila itu adalah antikapitalis.

“Ideologi Pancasila itu antikapitalis. Tak ada satu pun bapak bangsa kita yang membela kapitalisme,” jelas Hamdan.

Baginya, Pancasila mengatur bahwa Indonesia adalah negara kesejahteraan. Dalam hal ini, negara mengatur dan memberi kesempatan, terutama bagi yang kecil untuk tumbuh dan menjadi besar.

Bukan berarti menolak pemilik kapital besar, melainkan Pancasila mengatur negara harus membela yang kecil.

“Lalu mana yang lebih penting, demokrasi politik Pancasila atau demokrasi ekonomi Pancasila untuk saat ini?” katanya.

Ia melanjutkan, “Tak mungkin daulat rakyat terjadi dalam daulat demokrasi liberal kapitalis.Oleh karena itu, syarat demokrasi Pancasila adalah terlaksananya terlebih dahulu demokrasi ekonomi Pancasila. Pasalnya, tanpa itu demokrasi ekonomi akan mencontoh demokrasi liberal.

“Jadi, prasyarat utama adalah ekonomi ini. Kenapa ini penting? Karena demokrasi politik pada hakikatnya adalah demokrasi yang dikuasai kepentingan modal. Hal itulah yang terjadi di demokrasi Indonesia. Kelas menengahnya sedikit, politik dikuasai pemilik modal, bersimbiosis dengan politisi,” beber Hamdan.

Bila demokrasi ekonomi Pancasila diperkuat,  menurut dia, rakyat menjadi berdaya. Rakyat kecil yang memiliki kemandirian ekonomi akan memiliki kemandirian di dalam politik.

“Oleh karena itu, ketika arus ekonomi tak mengutamakan ekonomi berkeadilan dan kerakyatan, akan selalu terjadi gap di antara filsafat Pancasila dan dalam tindakan,” ujarnya. (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

HEADLINE

Soroti Dugaan Pungli PPDB, Deni Wicaksono Minta Dindik Jatim Awasi Ketat

SURABAYA – Laporan masyarakat terkait dugaan pungli di SMA/SMK jelang penerimaan peserta didik baru di Jawa Timur ...
KRONIK

Kisah Haru Dulhari, Tunaikan Ibadah Haji Setelah Jualan Koran Selama 15 Tahun

BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, kembali melepas 391 jamaah haji Banyuwangi dari kelompok terbang ...
SEMENTARA ITU...

Bupati Rijanto Jenguk Lansia Korban Keracunan Massal Kolak Kacang Ijo

BLITAR – Bupati Blitar, Rijanto bersama Ketua TP PKK Kabupaten Blitar, Ny. Ninik Rijanto, menjenguk korban ...
LEGISLATIF

Fraksi PDI Perjuangan Minta Pemkab Malang Bijak Sikapi Kritik Soal KEK Singhasari

MALANG – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang Abdul Qodir turut angkat bicara soal kritik keras ...
EKSEKUTIF

Penuhi Permintaan Industri, Wabup Antok Jelaskan Program Pelatihan Kerja Pemkab untuk Lulusan SMA/SMK

NGAWI – Pemerintah Kabupaten Ngawi telah menyiapkan pelatihan kerja untuk lulusan SMA dan SMK. Hal itu disampaikan ...
KRONIK

Besok PUIC Resmi Dibuka, Puan Bangga Bisa Pertemukan Parlemen-parlemen Negara OKI

JAKARTA – Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) atau konferensi Persatuan Parlemen negara-negara yang ...