JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mengedepankan konsep Indonesiasentris. Hal ini sebagaimana cita-cita Presiden pertama RI Soekarno yang ingin menempatkan Kalimantan sebagai pusat pemerintahan.
“Konsepsinya Ibu Kota Negara baru ini merupakan penjabaran dari Indonesiasentris dan secara historis apa yang dilakukan Bung Karno pada tahun 60 sudah menempatkan Kalimantan itu sebagai koridor strategis guna menatap masa depan dunia yang berada di Pasifik,” kata Hasto, dalam webinar bertemakan Sharing Session tentang IKN Baru Indonesia, Jumat (18/2/2022).
Webinar tersebut juga diikuti Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, arsitek dari Jepang Kengo Kuma, arsitek Sofian Sibarani, arsitek Yori Antar, arsitek Popo Danek, Ketua Badan Sayembara Arsitek Indonesia Andi Harapan dengan moderator diskusi Richard Susilo.
Hasto menjelaskan, Kalimantan sebagai IKN sudah sebagai konsekuensi geopolitik Indonesia. “Mengingat di depan Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur itu terbentang suatu kawasan perdagangan strategis dari Selat Lombok hingga ke Selat Makassar,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Hasto, pembangunan IKN sebenarnya mencerminkan geopolitik dari Soekarno yang menginginkan suatu kepemimpinan Indonesia yang bebas dari penjajahan. “Kemudian semangat dunia baru yang demokratis yang mengedepankan eksistensi damai,” tambah dia.
Mahasiswa Doktoral Universitas Pertahanan ini juga berharap, desain IKN Baru harus mencerminkan keseimbangan. Bukan hanya modern, tapi harus sesuai kultur dan budaya Indonesia.
“Mementingkan suatu keseimbangan bagaimana alam raya di Kalimantan Indonesia dan dunia dengan berbagai filosofi, seperti di Bali dikenal konsepsi Tri Hita Karana. Karena itulah tata ruang dan arsitektur harus mencerminkan kepemimpinan Indonesia, kultur Indonesia, dan halaman Indonesia. Suatu spirit modern city, smarty city, tapi harus didasari oleh nature kita, kultur kita. Itu suatu hal yang penting dan menjadi roh desain arsitektur,” paparnya.
Karena itu, lanjut Hasto, IKN yang bernama Nusantara ini melambangkan jembatan antara histori Indonesia.
“Ini pada dasarnya merupakan suatu jembatan histori antara masa lalu Indonesia dan kemudian mimpi Indonesia membangun peradaban dunia. Inilah yang kita harapkan sebagai suatu core value dalam membangun tata kota dan arsitek dari ibu kota baru,” kata Hasto.
Dalam kesempatan yang sama, Hasto memberikan apresiasi ke narasumber arsitek Yori Antar yang telah mengangkat kembali konsepsi arsitektur berdasarkan budaya dan kondisi geografis Indonesia.
“Bung Karno sejak awal menegaskan pentingnya Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, membangun jalan berdiri di atas kaki sendiri. Apa yang disampaikan Pak Yori menggambarkan kebangkitan spirit itu. Spirit untuk mengangkat arsitektur Indonesia yang jika digali muatan filosofisnya juga luar biasa,” ujarnya.
“Pak Yori telah menggali keseluruhan khasanah arsitektur Indonesia untuk ditampilkan dalam kesadaran iklim dua musim dan pemahaman terhadap ruang publik serta sistem sosial gotong royong,” imbuh Hasto.
Arsitek dari Jepang Kengo Kuma juga mengungkapkan IKN di Kalimantan diharapkan menjadi contoh atau model bagi Ibu kota terutama di Asia.
“Kalau perlu, bahkan satu-satunya setelah Corona selesai menjadi satu-satunya Ibu Kota yang berdiri setelah Corona dan menjadi model yang sangat baik, contoh bagi dunia, dimana sebagai Ibu Kota Negara yang sangat asri, menciptakan hal yang positif yang ada,” sebut Kuma. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS