SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan gerak cepat mengantisipasi gelombang 3 Covid-19 yang mengancam Indonesia dan disebut sudah terjadi.
Eri mengungkapkan, saat ini di Surabaya kasus aktif Covid-19 ada 587orang. Sebanyak 16,4 persen pasien dirawat di sejumlah rumah sakit (RS).
Dari persentase itu, Surabaya masih dikategorikan PPKM Level 1. “Jika sudah lebih 20 persen, maka Surabaya akan naik Level 2,” kata Eri kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Rabu (2/2/2022).
Menurut Eri, pakar epidemiologi menyampaikan bahwa 90 persen pasien Covid-19 saat ini terinfeksi varian baru virus Corona, Omicron.
Karena penyebarannya cepat dan tidak ada pasien meninggal. “Kalau banyak pasien positif, PPKM berlaku lagi di Surabaya,” ujarnya.
Untuk itu, Eri mengimbau warga Surabaya taat prokes. Terlebih, pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Omicron tidak bergejala (OTG). Jika diabaikan, akan banyak orang yang tertular.
“Omicron ini rata-rata OTG. Kalau kita terpapar tapi gak sadar, kita bisa menularkan ke orang lain,” terang Eri
Selain menegakkan prokes, Pemkot Surabaya juga membuat langkah untuk mengantisipasi gelombang ketiga.
Yakni dengan menggencarkan swab hunter, agar cepat diketahui siapa yang terinfeksi dan tidak lebih banyak yang terpapar. “Kita lakukan swab hunter ke berbagai tempat, itu dilakukan dari pagi sampai malam,” ujar Eri.
Pemkot juga akan menutup area perkampungan jika ada yang positif Covid-19. Kemudian, semua warga di satu RT akan diswab serentak untuk mengantisipasi penularan.

“Kalau dalam satu kampung ada dua orang yang positif, kita lakukan blocking area dan lakukan swab massal di RT itu,” kata Eri.
Menurut Eri, Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo juga dihidupkan kembali dan vaksin digencarkan.
Kemudian, prokes penggunaan aplikasi PeduliLindungi juga dimaksimalkan di tempat pelayanan publik maupun tempat usaha.
“Akan kita mintakan surat pernyataan dari tempat usaha, jika muncul klaster (karena tak taat prokes), maka saya tutup seminggu,” tegas kader PDI Perjuangan tersebut.
Terkait pendidikan, pihaknya menghentikan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. “Hari ini saya hentikan dulu. Saya buat 50 persen, satu hari masuk, satu hari tidak,” bebernya.
Penghentian PTM 100 persen ini segera berlaku, dan dirinya telah minta dinas pendidikan untuk menyampaikan ke tiap sekolah.
Eri menjelaskan, dengan konsep 50 persen ini, siswa tidak lagi masuk sekolah tiap hari. Selain itu waktu belajar di sekolah juga dibatasi hanya tiga jam.
“Tidak lagi dua shift, tapi satu shift saja. Satu shift 50 persen, (pelajaran) hanya tiga jam saja,” urai dia.
Berdasarkan data, sekolah yang menggelar PTM 100 persen di Kota Surabaya yakni 325 SMP, 634 SD, dan 2.648 TK/PAUD. Jumlah itu mencakup sekolah negeri maupun swasta.
Saat ini ada 587 kasus aktif Covid-19 di Kota Surabaya. Peningkatan kasus terjadi sejak pertengahan Januari 2022. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS