
JAKARTA – Sekretaris Badiklatpus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menyatakan partainya memiliki banyak kader yang bisa menjadi calon presiden (capres) kejutan pada 2024 nanti, seperti Joko Widodo dulu.
Menurut Eva, tidak menutup kemungkinan akan ada the next Jokowi. Yang dimaksud dengan The Next Jokowi, adalah kader partai yang bukan Ketua umum, bukan tokoh DPR, dan bukan dinasti, dalam partai.
“Tetapi dikehandaki oleh rakyat,” kata Eva Sundari, kemarin. Eva menyebut, kehadiran tokoh semacam itu bisa menjadi capres kejutan seperti Jokowi saat Pilpres 2014 lalu.
Sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA pada Selasa (2/7/2019) mengeluarkan prediksi soal 15 nama calon presiden potensial yang akan maju dalam pemilihan presiden 2024.
“Memang masih jauh sekali, tapi kami sudah prediksi capres potensial untuk lima tahun mendatang,” ujar Peneliti LSI, Rully Akbar.
Adapun 15 nama tersebut yakni; Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan bekas cawapres 02 Sandiaga Uno.
Adapula nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala BIN Budi Gunawan, Kapolri Tito Karnavian, dan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
“Jadi 14 orang itu nama-nama yang masuk dalam radar. Sementara orang ke-15, bisa jadi muncul the next Jokowi. Orang-orang yang sebelumnya tidak masuk radar, namun tiba-tiba muncul,” kata Rully.

Eva menyatakan terima kasih karena sejumlah kader PDI Perjuangan terjaring dalam kandidat potensial calon presiden 2024 versi LSI Denny JA.
Dia mengatakan dari unsur pimpinan partai politik, LSI menjaring nama Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Sementara dari unsur kepala daerah, terjaring nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sementara itu, politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengatakan kemunculan Jokowi sejak 2014 adalah kemajuan bagi demokrasi di Indonesia. Sebab, Jokowi adalah figur yang tidak berasal dari kelompok elit politik maupun elit bisnis negeri ini.
“Pak Jokowi ini dianggap sebagai bukan liganya elit Indonesia, dia dianggap bukan berasal dari elit Indonesia yang kita kenal selama ini,” kata Budiman di acara talkshow di sebuah stasiun televisi swasta, Selasa (2/7/2019).
Yang dimaksud kelompok elit disini, lanjut Budiman, adalah kelompok elit yang merupakan bagian dari trah politik tertentu. Kelompok elit itu bisa juga ditafsirkan sebagai elit intelektual maupun agama yang telah berkiprah lama dalam jagad sosial politik Indonesia.
“Pak Jokowi ini dianggap sebagai figur dari kelompok sosial berbeda dari yang kita kenal selama ini sebagai kelompok elit. Ini menambah ‘bensin’ atau kepedasan dari pertarungan politik pada 2014 dan 2019,” kata Budiman.
“Jadi, kemunculan pak Jokowi ini juga memperlihatkan ada ketidakrelaan-ketidakrelaan dari sebagian kelompok mapan terhadap kemunculan calon pemimpin yang dianggap ‘bukan anak menteng’ atau bukan anak elit,” ujarnya. (goek)