“Ibu Inggitlah sosok perempuan yang selalu membersamai, dan mampu jadi penyemangat Bung Karno dalam mewujudkan cita-citanya, Indonesia Merdeka”
INGGIT Garnasih, mendiang mantan istri Presiden pertama RI Soekarno, merupakan sosok yang tak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah bangsa republik ini.
Kehadiran Inggit di sisi sang Proklamator Kemerdekaan RI tersebut tidak hanya menjadi pendamping hidup. Tapi juga memainkan peran besar bagi perkembangan pribadi Bung Karno.
Tak pelak, atas jasanya menemani Bung Karno selama menyelesaikan pendidikan, ikut mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) di Bandung, hingga rela ikut dibuang atau diasingkan ke Ende dan Bengkulu, Inggit Garnasih diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Selain itu, Inggit Garnasih juga terlibat dalam beberapa momen sejarah besar bangsa negeri ini. Seperti ikut serta dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, ikut mendirikan Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, dan lainnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat sudah tiga kali mengusulkan Inggit Garnasih sebagai pahlawan Nasional. Yakni pada tahun 2008, 2012, dan 2023. Namun karena kekurangan persyaratan akhirnya ditunda.
“Ikhtiar untuk menghargai jasa-jasa Ibu Inggit sebagai pahlawan nasional perlu dukungan semua pihak. Ibu Inggit memainkan peran besar terhadap kematangan Bung Karno di masa beliau menyelesaikan pendidikan,” ujar anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim, Diana Amaliyah Verawatiningsih, usai ziarah ke makam Inggit Garnasih di Bandung, Jumat (17/2/2023).
“Kita dukung penuh usulan gelar pahlawan nasional yang diusulkan Pemprov Jabar untuk Inggit Garnasih. Hal yang juga perlu diketahui, usulan gelar pahlawan nasional ini juga ada dari Ibu Megawati,” tambahnya.
Menurut Diana, Inggit Garnasih mungkin tidak secara langsung memberikan sumbangsih pemikiran dan teori untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tapi, kasih sayangnya mampu menempa Bung Karno menjadi pemimpin yang disegani, baik kawan maupun lawan.
“Kasih sayang dan kesetiaan Ibu Inggit pada Bung Karno di tengah cobaan dan derita perjuangan, benar-benar menjadi bakti yang tak bisa diabaikan. Saya berpendapat, Ibu Inggitlah sosok perempuan yang selalu membersamai, dan mampu jadi penyemangat Bung Karno dalam mewujudkan cita-citanya, Indonesia Merdeka,” ujar Diana.
Pemilik perpustakaan DBuku itu menegaskan, dukungannya pada usulan penyematan pahlawan nasional kepada Inggit Garnasih juga sebagai afirmasi terhadap peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Dukungan terhadap gelar pahlawan nasional pada Ibu Inggit juga menjadi satu sikap saya untuk mengenang, menghargai, dan menghormati jasa kaum perempuan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa ini,” sebutnya.
Tokoh perempuan, imbuh Diana Sasa, seperti Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini, Inggit Garnasih, Fatmawati, dan lainnya, telah memberikan inspirasi untuk menjadi satu sayap dari sepasang sayap burung.
“Para pahlawan perempuan itu harus kita kenang. Harus jadi inspirasi kita semua, bahwa laki-laki dan perempuan adalah sepasang sayap dari sang burung. Jika salah satu sayapnya patah, maka burung tidak akan bisa terbang,” tandasnya.
Diana berziarah ke makam Inggit Garnasih tepat pada hari ulang tahun perempuan kelahiran tanah Priangan itu. Tepatnya, 17 Februari.
Menurutnya, ziarah sejarah tersebut tidak sekadar mengenang jasa Inggit Garnasih, tapi juga menjadi napak tilas perjuangan Inggit Garnasih selama mendampingi Bung Karno. (dav/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS