227 pembaca
BANYUWANGI – Banyuwangi Batik Festival (BBF) sukses digelar di Gelanggang Seni Budaya, Taman Blambangan, Sabtu malam (17/11/2018). Ajang fesyen tahunan yang rutin digelar sejak 2013 itu menjadi etalase keindahan mahakarya batik Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, festival ini digelar memang untuk memberi panggung desainer dan pebatik lokal Banyuwangi agar bisa mengenalkan produknya. Selain itu, bisa meningkatkan rasa percaya diri.
“Mendorong kepercayaan diri desainer dan pembatik lokal Banyuwangi. Dulu hanya pendapatannya Rp 5 sampai Rp 10 juta sekarang sampai Rp 100 juta,” kata Anas, kemarin.
Ajang BBF tahun 2018, mengangkat tema gedhegan, yang berarti kesederhanaan. Gedheg yang berarti anyaman bambu, memberikan motif gambar horizontal dan vertikal.
“Bambu akarnya sangat kuat, jadi simbol persatuan bertemunya rajutan vertikal dan horizontal. Masuk dengan kondisi saat ini untuk menguatkan kekuatan horizontal dan vertikal,” jelasnya.
Menurut Anas, para perajin Banyuwangi dari tahun ke tahun berhasil membuktikan peningkatan kualitas desain dan kain batiknya. Batik Banyuwangi sudah naik kelas dan terkoneksi dengan industri fesyen nasional.
“Ini tanda cinta kita kepada batik sebagai budaya bangsa sekaligus instrumen ekonomi rakyat,” ujar Anas.
BBF 2018 menghadirkan kolaborasi 11 desainer dan 15 perajin batik Banyuwangi serta 5 desainer nasional dan internasional.
“Festival ini bukan cuma soal menampilkan batik di panggung, tapi instrumen untuk menggerakkan partisipasi masyarakat, menumbuhkan kewirausahaan batik, dan menggali kreativitas kita semua,” paparnya.
Dia mengajak semua mencintai batik Banyuwangi dengan cara konkret, yaitu membelinya. Anas menyebut, pernah ada riset, belanja pakaian jadi itu mencapai sekitar Rp 2,2 juta atau USD 153 per orang per tahun.
“Ini peluang bagi perajin batik, dengan populasi Indonesia sebesar 250 juta jiwa. Mulai sekarang mari beli batik lokal,” ajak Anas.
Saat ini, sebut Anas, ekspor batik Indonesia hampir Rp 900 miliar, dikirim ke Jepang, AS, Eropa. Pihaknya berharap tahun depan batik Banyuwangi sudah bisa diekspor seiring makin dikenalnya Banyuwangi.
“Kita sudah dipromosikan ke Eropa dan AS karena menang penghargaan Badan Pariwisata PBB,” ujarnya.
Panggung BBF dibuka dengan kolaborasi desainer dan perajin batik Banyuwangi, seperti Isyam Syamsi dengan Batik Seblang, Ocha Laros dengan Batik Sayuwiwit, Sanet Sabintang dengan Batik Sekar Kedaton, dan Amuzaki Fahim dengan Batik Pringgokusumo.
Para desainer berhasil menyuguhkan karya-karya menarik, mulai kimono, street wear, hingga spesial occasion seperti baju seremonial dan baju pesta. (goek)