Minggu
12 Oktober 2025 | 11 : 04

Bung Karno, Bu Mega dan Imam Besar Al-Azhar

Zuhairi Misrawi

Oleh Zuhairi Misrawi*

PERTEMUAN Ibu Megawati Soekarnoputri dengan Syaikh Ahmad Thayyeb, Imam Besar Al-Azhar, Mesir dalam kunjungan ke Indonesia (11/7/2024) minggu lalu memberikan makna dan kesan khusus, utamanya dalam hubungan bilateral Indonesia-Mesir sekaligus upaya mendorong perdamaian dunia. Pertemuan tersebut mempunyai dimensi historis, filosofis, bahkan geopolitik. Selain itu, istimewanya kedua sosok penting mempunyai kedekatan pemikiran, khususnya dalam membangun solidaritas kebangsaan dan persaudaraan kemanusiaan.

Dalam perbincangan yang bernuansa keakraban tersebut, tergambar dimensi hubungan historis yang amat kuat antara Bung Karno dan Imam Al-Azhar. Maknanya, Al-Azhar sangat menghormati kepahlawanan dan jasa-jasa Bung Karno. Sebaliknya, Bung Karno juga sangat mencintai Al-Azhar, karena para mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia pada saat itu turut berperan menggaungkan perjuangan kemerdekaan. Jasa para mahasiswa Al-Azhar dicatat dengan tinta emas berhasil mendapatkan dukungan Mesir sebagai salah satu negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.

Hubungan historis tersebut bertransformasi menjadi hubungan yang bernuansa filosofis dan intelektual, karena Bung Karno menggandrungi pemikiran ulama-ulama Al-Azhar, di antaranya Muhammad Abduh yang mengusung gagasan rasional-berkemajuan. Dalam salah satu pidato Bung Karno, Islam is progress, bahwa Islam merupakan agama yang mendorong dan mengedepankan rasionalitas. Al-Quran adalah sumber rasionalitas. Kita diperintahkan Bung Karno untuk menyalakan api Islam.

Pada dekade 60-an, di hadapan para ulama Al-Azhar, ketika mendapatkan doctor honoris causa dalam bidang filsafat dari Universitas Al-Azhar, Bung Karno menyampaikan pidato bersejarah perihal pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa-bernegara untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Para ulama Al-Azhar memberikan perhatian khusus dan kekaguman atas Pancasila, karena mampu memposisikan agama dalam konteks negara secara rasional dan proporsional. Bung Karno berada di hati sanubari para ulama Al-Azhar.

Pancasila merupakan karya dan pemikiran besar yang pada saat itu, bahkan hingga sekarang ini mempunyai signifikansi untuk menjaga keutuhan bangsa, bahkan kekuatan Indonesia pada hakikatnya terletak pada Pancasila. Konon, Presiden Gamal Abdul Nasser juga terkagum-kagum dengan pidato Bung Karno tentang Pancasila tersebut, sehingga ia tertarik agar Pancasila menjadi ideologi dan falsafah berbangsa dan bernegara untuk Mesir.

Syaikh Ali Jum’ah, salah satu ulama kharismatik dari Universitas Al-Azhar, menyampaikan dalam salah stasiun televisi Mesir, bahwa jasa Bung Karno terhadap Al-Azhar sangat besar. Bung Karno memberikan masukan kepada Presiden Gamal Abdul Nasser agar Al-Azhar terus dipertahankan dan didukung sebagai salah satu benteng peradaban Islam yang mendorong pada moderasi dan toleransi beragama. Al-Azhar dapat menjadi jembatan bagi keragaman agama di Mesir, serta institusi yang dapat menyuarakan persaudaraan dan perdamaian dunia.

Pembelaan Bung Karno terhadap Al-Azhar tersebut mempunyai dampak besar, karena Al-Azhar saat ini menjadi salah satu rujukan penting dalam mendorong solidaritas kebangsaan di Mesir dan terdepan dalam menyuarakan persaudaraan kemanusiaan bersama Paus Fransiskus Asisi, Kerajaan Vatikan. Karya besar ke sosok penting, yaitu penandatanganan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan untuk membangun perdamaian dunia dan hidup bersama yang ditandatangani pada Februari 2019.

Lebih dari itu, dalam konteks keindonesiaan kita, saya menulis kolom khusus di Koran Shawt al-Azhar (Suara Al-Azhar) dalam kunjungan Imam Besar ke Indonesia, bahwa Al-Azhar telah menjelma sebagai jembatan diplomasi Indonesia-Mesir. Ada belasan ribu mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Universitas al-Azhar. Hubungan bilateral Indonesia-Mesir terus mengalami penguatan yang berdampak bagi kemaslahatan kedua negara. Di samping itu, kerja sama perdagangan kedua negara terus mengalami peningkatan yang sangat membanggakan.

Kedekatan hubungan Bung Karno dan Al-Azhar berlanjut pada kedekatan hubungan antara Al-Azhar dan Ibu Megawati Soekarnoputri. Imam Besar Al-Azhar memberikan penghormatan khusus pada keluarga Bung Karno, khususnya Bu Mega. Syaikh Ali Jum’ah, salah satu ulama kharismatik Al-Azhar juga dalam lawatannya ke Indonesia menemui Bu Mega di kediamannya.

Dalam kunjungan Imam Besar Al-Azhar ke Indonesia pada 2018 secara khusus melakukan pertemuan dengan Bu Mega dan anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Imam Besar Al-Azhar memberikan apresiasi terhadap Pancasila dan jasa Bu Mega yang kokoh menjadikan Pancasila sebagai pijakan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan cahaya terang bagi Indonesia dan dunia internasional.

Dalam perhelatan Zayed Award for Human Fraternity 2024, yang dimenangkan oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, Imam Besar Al-Azhar, Grand Syaikh Ahmed Thayyeb sebagai salah satu penanggung jawab bersama Paus Fransiskus Asisi telah memilih Bu Mega sebagai salah satu dewan juri dari unsur tokoh Islam dan perempuan yang berpengaruh di dunia internasional dan juri-juri lainnya dari berbagai negara dan lintas iman. Saya menjadi saksi, betapa Imam Besar Al-Azhar memberikan penghormatan dan penghargaan terhadap Bu Mega.

Maka dari itu, pertemuan penuh keakraban dan kekeluargaan antara Imam Besar Al-Azhar dan Bu Mega di Jakarta mempunyai makna penting sebagai pertemuan yang menegaskan pentingnya nilai, gagasan, filosofi dalam membangun peradaban kemanusiaan dan keadilan global. Bu Mega dan Imam Besar Al-Azhar merupakan sosok yang kokoh dalam memperjuangkan nilai-nilai bersama dalam rangka membangun tatanan kemanusiaan yang damai, setara, dan berkeadilan.

Imam Besar Al-Azhar menyimak secara saksama pemikiran Bu Mega. “Saya terus belajar dari Bu Mega dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, kokoh pada prinsip-prinsip perjuangan. Saya secara pribadi ingin mengundang Bu Mega ke kediaman saya di Luxor, Mesir yang dikenal dengan keindahan alamnya,” ujar Imam Besar Al-Azhar kepada Bu Mega dalam pertemuan yang penuh keakraban tersebut.

*Zuhairi Misrawi, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Mufti Anam: Tragedi Rubuhnya Bangunan Ponpes Al-Khoziny Jadi Peringatan Keras bagi Dunia Pendidikan Keagamaan

JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam menyebutkan, peristiwa tragedi rubuhnya gedung Pondok Pesantren ...
LEGISLATIF

Novita Hardini Dorong Pemerintah Beri Dukungan Serius bagi Industri Animasi Lokal

BATAM – Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan lebih serius ...
LEGISLATIF

Dewanti Dorong Sosialisasi Trans Jatim di Koridor Malang Raya Dimasifkan

MALANG – Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur Dewanti Rumpoko minta pihak eksekutif agar sosialisasi Bus Trans Jatim ...
EKSEKUTIF

Komitmen Tingkatkan Akses Keuangan Masyarakat, Wali Kota Surabaya Raih TPKAD Award 2025

SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di ...
LEGISLATIF

Zulham Imbau Wali Murid Lapor ke Dewan Jika Ada Intimidasi Saat Terjadi KLB Program MBG

MALANG – Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Malang Zulham Akhmad Mubarrok mengimbau wali murid untuk tidak takut ...
LEGISLATIF

Bertemu Ratusan Petani di Ponorogo, Kanang Siap Kawal Aspirasi Pengadaan Alsintan

PONOROGO – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Budi Sulistyono, menggelar kunjungan daerah pilihan (dapil) di ...