SURABAYA – Bulan Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno karena pada bulan itu terdapat tiga momen besar yang berkaitan dengan Bung Karno, mulai dari kelahiran Pancasila pada 1 Juni, hari lahir Bung Karno pada 6 Juni 1901, dan wafat Bung Karno pada 21 Juni 1970.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno, mengatakan, peringatan Bulan Bung Karno yang diadakan setiap tahun bukanlah sekadar seremonial belaka, namun lebih dari itu, terdapat nilai-nilai Bung Karno yang dapat dipetik bersama untuk bisa diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pertama yang bisa kita petik adalah semangat membangun dan membela rakyat, bangsa, dan negara yang utuh. Mulai beliau lahir sampai kemudian beliau meninggal,” ujar Untari, Senin (6/6/2022).
Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim ini pun menceritakan satu kisah yang pernah didengarnya dari salah satu pengurus DPP PDI Perjuangan tentang Bung Karno. Di mana pada saat itu Megawati Soekarnoputri bertanya kepada ayahnya, yakni Bung Karno, saat dilengserkan.
“Kenapa Bapak tidak memanggil Kodam Siliwangi, Kodam Brawijaya, kan mereka semuanya masih mencintai Bapak? Dan Bung Karno menjawab, ‘Hai anak muda, seumur hidupku aku habiskan untuk menyatukan Indonesia, maka aku tidak akan pernah membuat Indonesia terpecah-pecah hanya karena hal seperti ini. Biarlah aku yang berkorban demi Indonesia,” ujar Untari menirukan perbincangan Megawati bersama Bung Karno seperti cerita yang didapatkannya.
“Saya mendengar itu merinding. Yang saya pandang apa? Seseorang yang saat itu sangat besar dengan karisma yang sangat kuat, tapi sangat legowo menerima perlakuan seperti itu dari anak-anak bangsanya sendiri. Jadi, yang bisa kita lihat dari Bung Karno, ya itu tadi, kecintaannya pada bangsa dan keutuhannya untuk tetap membuat Indonesia yang satu,” sambungnya.
Kedua yang bisa kita petik adalah semangat “Putera Sang Fajar” yang tak kunjung padam. Sekalipun berulang kali dipenjara, setelah keluar beliau masih tetap berjuang tanpa kenal menyerah, baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka.
Ketiga, cara berjuang Bung Karno yang selalu egaliter, tidak eksklusif, dan bisa merangkul semua strata masyarakat. Dan yang keempat, sang Proklamator tidak mencintai ataupun tergiur dengan harta benda, karena baginya harta benda cukup untuk makan dan hidup, tetapi bukan untuk ditumpuk-tumpuk.
“Maka beliau tidak mewariskan harta benda kepada putra putrinya, tapi mewariskan api perjuangan dan itu harus kita warisi dari beliau. Bukan abu perjuangan,” tandas Untari.
Bagi Untari, Bung Karno adalah seorang seniman yang hebat. Hal tersebut terlihat saat beliau merancang Monumen Nasional (Monas), Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia, dan lainnya.
“Kalau tidak memiliki sebuah pengetahuan mendasar soal seni dan arsitektur pasti tidak akan pernah bisa,” ujar Ketua Umum Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) ini.
Kemudian yang tak kalah penting adalah Bung Karno merupakan sosok ahli strategi, sehingga mampu membuka mata blok barat dan blok timur untuk melihat sebuah blok baru yang namanya non-blok.
“Sehingga mampu memerdekakan hampir 22 negara di Asia dan Afrika ikut merdeka bersama Indonesia. Itu kalau bukan ahli strategi juga tidak akan pernah bisa,” ujar Untari.
“Dan yang paling utama, beliau menggali Pancasila untuk kita, yang sekarang ini negara-negara Eropa, benua Australia itu kalau saya melihat mereka tidak mengatakan Pancasila, tapi mereka melaksanakannya. Contohnya peri kemanusiaan. Saya melihat orang Barat itu aware dengan orang-orang yang menderita sehingga pemerintahnya sudah menyusun upaya-upaya untuk mengurangi penderitaan rakyatnya melalui program yang dipunyai,” sambungnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS