JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani menerima kunjungan Imam Besar Al-Azhar Republik Arab Mesir, Prof Dr Mohamed Ahmed Al-Tayeb ke Gedung DPR, Kamis (11/7/2024).
Dalam pertemuan bilateral itu, Puan dan Sheikh Ahmed berbicara mengenai sejumlah isu, mulai dari nilai toleransi, perempuan dalam politik, hingga dukungan untuk kemerdekaan Palestina.
Pertemuan antara Puan dan Sheikh Ahmed Al-Tayeb digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Kedatangan Sheikh Ahmed disambut Puan di pintu masuk Gedung Nusantara lalu mereka sempat foto bersama.
Setelahnya, pertemuan dilakukan secara tertutup selama 30 menit. Dalam pertemuan itu, Puan didampingi anggota DPR RI yang juga Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Diah Pitaloka. Sementara Sheikh Ahmed hadir bersama sejumlah jajaran Universitas Al-Azhar Mesir.
“Yang Mulia Grand Sheikh, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Yang Mulia untuk dapat melakukan kunjungan ke DPR RI,” kata Puan mengawali sambutannya.
Puan kemudian menceritakan sejarah Gedung Nusantara yang juga dikenal dengan sebutan Gedung Kura Kura itu.
“Gedung DPR RI ini merupakan gedung bersejarah di Indonesia. Gedung DPR ini digagas oleh Presiden pertama RI bapak Sukarno pada tahun 1965. Gedung utama pada kompleks ini mencerminkan adanya kepakan sayap burung yang akan terbang,” jelas cucu Bung Karno tersebut.
Puan menceritakan, Gedung Nusantara awalnya dibangun untuk penyelenggaraan CONEFO (Conference of New Emerging Forces) sebagai kekuatan baru negara-negara berkembang yang menentang negara-negara besar (old-established forces) pada tahun 1960-an.
Kepada Sheikh Ahmed, Puan pun mengaku senang dapat bertemu kembali setelah sebelumnya sempat bertemu di Kairo tahun 2018.
Ia juga menyampaikan rasa penghargaan atas dedikasi Sheikh Ahmed terhadap nilai-nilai kemanusiaan, terutama di tengah situasi dunia yang ditandai dengan berbagai perang, konflik, dan polarisasi.
“Saya sangat menghargai upaya Yang Mulia dalam mengembangkan nilai toleransi dan persaudaraan. Hal ini tentunya dapat berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia,” ungkap Puan.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR ini kemudian menyinggung tentang situasi krisis di Gaza. Puan menyebut krisis di Jalur Gaza saat ini merupakan salah satu tragedi kemanusiaan terburuk yang pernah terjadi dan mengajak Sheikh Ahmed untuk bekerja sama demi perdamaian di Palestina.
“Kita harus memperkuat dukungan untuk kemerdekaan Palestina melalui cara damai dan negosiasi multilateral yang kredibel,” tuturnya.
“Prioritas saat ini adalah gencatan senjata permanen untuk menghentikan perang, akses tanpa hambatan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dan mengakhiri penjajahan Israel atas tanah Palestina,” lanjut Puan.
Ketua DPP PDI Perjuangan itu juga menekankan pentingnya dorongan agar tercapainya solusi 2 negara dan mendorong keanggotaan penuh Palestina di PBB, kemudian juga agar akses bantuan kemanusiaan dengan Mesir dapat terus berlanjut, termasuk dari LSM Indonesia melalui perbatasan Rafah, Mesir.
“Saya mengapresiasi kerja sama BAZNAS Indonesia dan Al-Azhar dalam penyaluran bantuan kemanusiaan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Puan berbicara soal Indonesia yang memiliki beragam latar belakang sosial-budaya, baik suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Ia menegaskan, Indonesia menghargai keberagaman masyarakatnya, dan menjadikan keberagaman tersebut sebagai sumber kekuatan.
“Dalam hal ini, Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Meskipun Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, namun kami menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin. Islam yang membawa kedamaian bagi semua,” ujarnya.
Puan juga menjelaskan soal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia kepada Sheikh Ahmed. “Pancasila adalah pondasi toleransi kehidupan di Indonesia,” tegas Puan.
“Indonesia contoh yang baik dalam hal toleransi, dan Indonesia juga contoh Islam yang toleran,” ujar Sheikh Ahmed menimpali.
Puan lalu menyebut, perbedaan adalah anugerah dari Allah SWT dan hal ini harus harus terus dijaga dengan mempromosikan toleransi antar agama, suku dan ras. Meski begitu, saat ini masih tetap terjadi berbagai perang dan konflik di dunia akibat kurangnya toleransi atas perbedaan.
“Karenanya penting untuk menanamkan saling pengertian di antaranya melalui dialog lintas-iman dan lintas-budaya,” sebut Puan.
Puan pun mengapresiasi peran aktif dan konsisten Al-Azhar dalam menyebarkan moderasi/wasatiyat Islam di mana Sheikh Ahmed sendiri baru saja berpartisipasi pada acara dialog antar-agama dan antar-peradaban di Jakarta yang diadakan Nahdlatul Ulama (NU).
“Saya yakin Indonesia dan Mesir akan selalu bersama mendorong dialog antar-agama di berbagai forum internasional,” terangnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS